Jakarta (ANTARA News) - Membelah kemacetan Jakarta yang makin menggila memang mendatangkan stress tersendiri, apalagi jika memakai kendaraan yang selama ini dicitrakan “rawan” jika ada di tengah kemacetan. 


Setidaknya, imaji di benak serupa itu masih ada dalam pikiran antaranews.com saat diberi kesempatan mencoba kendara (drive test) Ferrari California T, dengan titik pertemuan di arena parkir Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Rabu siang. 


Tiba lebih awal dari jadual, Taman Burung yang juga jadi pusat penangkaran burung jalak bali (Leucopsar rotchildii) secara ex situ masih sepi, lokasi yang pas untuk sesi pemotretan statis Ferrari California T berkelir merah khas Ferrari itu. 


Didatangkan langsung dari dapur produksinya di Maranello, Italia, secara impor utuh, ban rasio rendah membalut pelek sporty 19 inchinya bergulir tidak cepat saat memasuki arena yang disepakati dengan perwakilan PT Citra Langgeng Otomotif —prinsipal Ferrari di Indonesia— dengan antaranews.com. Warna merah menyala Ferrari California T sangat kontras dengan hitam aspal berlatar mendung. 


Diparkir secara rapi, pintu-pintu dibuka dan ditelusuri secara detil untuk mengetahui keistimewaan mutu kulit dan jahitan bekleding khususnya. Memang sangat rapi dan menempel ketat di seluruh interior mobil sport mewah bermesin V-8 3.800 cc biturbo-nya. 


Belum lagi beberapa bagian bermaterial karbon yang menggayut sempurna, di antaranya konsol tengah tempat tombol P (parkir) dan R (retreat-mundur). Dari dalam “kokpit”-nya, lingkar kemudi mengadopsi konsep dan teknologi serta ergonomika F1 yang sangat nyaman dan ringkas untuk dihafal dan dioperasikan, bahkan untuk pemula di belakang kemudi seri-seri Ferrari. 


Petugas pemasaran PT Citra Langgeng Otomotif, Abi Triono, yang mengantarkan mobil sport Italia itu memberi berbagai penjelasan tentang fitur-fitur dan kegunaan berbagai kandungan teknologi yang ada dalam Ferrari California T itu. 


Aspek keamanan dan keselamatan menjadi porsi penting karena tombol on  mesin baru menyalakan semua sistem jika pedal rem diinjak terlebih dulu. Begitu juga saat akan memundurkan atau memindahkan transmisi dari posisi netral ke transmisi 1. Yang menarik, saat posisi transmisi sudah di posisi 1, walau rem di lepas mobil tidak akan bergerak dari posisinya sepanjang jalan di mana dia berada sangat datar. 


“Ini juga teknologi F1 yang diadopsi di Ferrari California T ini. Mobil baru berjalan jika pedal gas diinjak, pelan-pelan saja karena tenaga dan torsinya sangat besar,” kata Abi. Memang betul kata dia, karena spesifikasi memberi data keluaran dayanya 552 HP yang ditransmisikan melalui mekanisme kopling ganda otomatik yang cukup rumit untuk diurai satu demi satu. 


Melongok ke belakang barisan kursi depan, terdapat “kursi penumpang” yang sempit. Dari tengah kedua “kursi penumpang” itu, terdapat satu panel kulit pemisah yang bisa dibuka dan langsung membuka ruang bagasi. “Kalau misalnya mau membawa tas golf, bisa disorongkan ke sini. Bagasi cukup luas untuk kelasnya, kecuali jika kap mobil dilipat,” katanya. 


Saat dicoba dibuka dan ditutup, waktu yang diperlukan juga tidak lama, yaitu cuma 10 detik saja termasuk kedua kaca jendela utama dan kaca segitiga di pilar C yang turun. Begitu kap mobil ditutup alias dipasang lagi, waktunya juga sama saja. Cukup impresif dan menarik untuk dicoba, apalagi mobil konvertibel cukup jarang berlalu-lalang di jalan-jalan Indonesia. 


Yang menarik juga adalah fitur mode percepatan mesin dengan tujuh tingkat transmisi majunya. Mode Comfort cukup memanjakan dan memudahkan pengendara sehingga mobil melaju cukup lembut namun tetap bertenaga. 


Lalu mode Sport yang jelas-jelas memberi agresivitas lebih, dan terakhir mode ESC yang “membebaskan” mobil sehingga lebih “liar” dan mirip dengan dinamika yang diimpresikan dalam lambang kuda berjingkraknya. Ini juga yang dicobakan di jalan bebas hambatan Jagorawi dengan rute Taman Mini Indonesia Indah-Bogor. 


Setelah itu, uji kendara dilakukan di jalan Jagorawi. Begitu keluar dari pintu utama Taman Mini Indonesia Indah, impresi dan sensasi dimulai bersama Ferrari California T ini. Mode Sport dipasang di bagian bawah lingkar kemudi, dan dengan tekanan pijakan di pedal gas sedikit saja sudah cukup untuk meluncurkan mobil hingga 80 km/jam. 


Sistem suspensi yang dikendalikan komputer memberi tekanan dan kendali sempurna agar keempat roda Pirelli-nya menempel ketat di permukaan aspal. Begitu situasi memungkinkan dan dinilai cukup aman dengan jarak kendaraan di depan lebih dari 200 meter, maka kecepatan dikembangkan secara tiba-tiba. 


Tembus hingga 140 km/jam hanya dalam bilangan detik saja, kurang dari tiga detik karena kecepatan awal sudah sekitar 60 km/jam dan kondisi ini bisa dipertahankan hingga beberapa menit. Bagaimanapun ini bukan sirkuit dan perjalanan ini memiliki misi hanya menguji coba kendara, bukan untuk menguji habis-habisan performa Ferrari California T ini. Mobil serasa lekat dengan jalan dan mobil “sangat patuh” pada keinginan pengendara. 


Tangan menggengam lingkar kemudi tempat tombol-tombol utama kendara diletakkan. Selepas pintu tol Sentul Selatan, mobil menyusuri Jalan Padjadjaran, Bogor. “Di sini bisa kita tes kinerjanya di tengah kemacetan jalan, mesin tidak akan terpengaruh dan kenyamanan berkendara khas Ferrari tetap prima,” kata Abi. 


Memang betul, kepadatan jalan utama Kota Bogor itu tidak memberi pengaruh berarti kecuali suara knalpot khas Ferrari yang lirih terdengar. Dibandingkan banyak seri Ferrari —misalnya 488 GT B atau F12— suara knalpot dari muffler Ferrari California T besutan 2014 ini memang lumayan lirih, alias tidak “galak”. 


Dalam perjalanan balik menuju Jakarta melalui jalan tol Jagorawi, perjalanan sepanjang 42 kilometer ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 20 menit saja, karena mobil bisa bermanuver secara gesit dan mantap di antara barisan-barisan mobil. 


Kembali ke jalan biasa, kemacetan jalan di sekitar Taman Mini Indonesia Indah sudah menyambut, dan Ferrari California T melaju wajar menuju tempat semula di depan Taman Burung, di lokasi akhir uji kendara disepakati. 

Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016