Jakarta (ANTARA News) - Road Safety Association (RSA) Indonesia menggelar aksi simpatik memperingati "Hari Perenungan Korban Kecelakaan Dunia" di area "Car Free Day" (CFD) di kawasan Bunderan HI, Jakarta Pusat, Minggu pagi.

Ketua Umum Road Safety Association (RSA) Indonesia, Edo Rusyanto, mengatakan aksi yang diberi tajuk "Kecelakaan Menambah Beban Hidup Rakyat" itu bertujuan mengajak publik agar lebih peduli terhadap masalah keselamatan berlalu lintas jalan.

"RSA mencoba mengkampanyekan tiga hal dalam aksinya, Road yakni kesadaran untuk saling menghargai aturan di jalan, Skill yakni kemampuan berkendara yang mumpuni, dan Attitude yakni mengkampanyekan hal-hal yang tak diatur dalam Undang-undang seperti ugal-ugalan menaikkan kaki ke motor dan sebagainya," kata Edo saat dijumpai di sela-sela aksinya di Bunderan HI, Minggu.

Lebih lanjut, Edo dan rekan-rekannya ingin masyarakat menyadari seriusnya kerugian yang diakibtakan kecelakaan lalu lintas.

"Kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa kecelakaan bukan saja merenggut orang-orang tercinta, tapi juga bisa memporakporandakan ekonomi keluarga," katanya

Edo mengatakan, setiap harinya, ada sekitar 70 orang tewas di jalanan akibat kecelakaan, 42 persen dari angka tersebut disebabkan perilaku ugal-ugalan.

Sementara, kerugian ekonomi, baik langsung maupun tak langsung dari kecelakaan lalu lintas, menurut Edo, sekitar Rp200 triliun.

Kegiatan yang dilakukan RSA hari ini antara lain melakukan renungan dan berjalan sepanjang area CFD untuk sosialisasi keselamatan jalan.

Selain di Jakarta, aksi serupa juga dilakukan di beberapa kota besar lain seperti Bandung, Yogyakarta, Kudus, Padang, dan Palembang, dengan peserta kurang lebih 700 hingga 800-an orang.

RSA dibentuk tahun 2009 dengan anggota 3.400 relawan. Kegiatan utamanya adalah melakukan sosialisasi keselamatan jalan dengan melakukan "kopi darat" baik ke masyarakat maupun para pemangku kepentingan.

"Hasilnya, 60 komunitas motor sekarang sudah masuk ke kita dan mereka sudah melakukan gerakan RSA dan tak lagi melakukan hal-hal yang dilakukan komunitas pada umumnya seperti berjalan beriringan atau ugal-ugalan," kata Edo.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014