Kembalinya Honda ke balap tersebut setelah mereka memiliki "kartu as" yaitu teknologi yang membuat kendaraan jadi lebih "mumpuni" sekaligus ramah lingkungan".
Seperti dilaporkan Reuters, Honda akan menggunakan teknologi mengubah gas buang dari kendaraan F-1 menjadi energi.
Teknologi ini juga akan diterapkan pada kendaraan konvensional.
Menurut pemimpin F-1 Honda,Yasuhisa Arai, teknologi itu akan membuat Honda unggul dalam pasar otomotif.
Kalangan yang sinis dengan Honda mengemukakan merek Jepang itu cuma ingin memperbaiki reputasinya karena tak menang di balap F-1 dari tahun 2000 hingga 2008.
Mereka tidak percaya dengan pernyataan bahwa Honda ingin menggunakan balap F-1 sebagai inkubator teknologi.
Arai memang mengatakan Honda ingin meraih sukses F-1 seperti akhir dasawarsa 80 ketika kendaraan McLaren-Honda memenangi 15 dari 16 balap Grand Prix.
Pebalap F-1 McLaren-Honda ketika itu adalah mendiang Ayrton Senna dan Alain Prost.
"Tidak ada gunanya balap kalau tidak menang," kata Arai.
Dia mengatakan Honda pada 2015 akan kembali bekerja sama dengan McLaren di balap F-1.
Laboratorium beroda
Kembali ikut Formula 1 menurut Honda bukan cuma soal balap.
Mereka juga ingin menjadikan ajang balap bergengsi itu sebagai laboratorium untuk menjajal teknologi terbaru.
Kendaraan F-1 kini diharuskan memiliki teknologi hybrid bensin-listrik.
Honda memandang hal itu sebagai peluang untuk membuat lompatan teknologi.
Peraturan baru F-1 mengharuskan pemasok mesin lainnya seperti Renault, Ferrari, dan Mercedes - Benz menggunakan mesin yang lebih kecil dengan teknologi turbocharging.
Peraturan baru juga mengharuskan teknologi untuk mengubah energi dari pengereman dan gas buang, yang selama ini terbuang, agar diubah kembali menjadi energi (regenerate).
Tim F-1 juga akan dikurangi sepertiga jatah BBM-nya.
Peraturan itu mulai berlaku pada balap F-1 pertama tahun ini di Melbourne Australia.
Honda sangat tertarik dengan persyaratan baru untuk menggunakan "exhaust-energy recovery" (pemulihan energi dari knalpot).
Mereka antara lain berencana menggunakan gas buang untuk memutar turbin di sistem knalpot yang menghasilkan listrik ke baterai.
CEO Honda Takanobu Ito menyebut F-1 adalah "laboratorium beroda", persis seperti yang dibayangkan oleh pendiri perusahaan Soichiro Honda pada dasawarsa 60.
Arai mengatakan teknologi pemulihan energi dari knalpot itu akan menambah "efisiensi termal" pada kendaraan F-1 mereka hingga sepertiganya.
Hingga saat ini, teknologi paling canggihpun baru 30 persen menggunakan energi termal hasil pembakaran bahan bakar.
Sebagian besar energi termal terbuang saat pengereman dan lewat pipa knalpot sebagai panas.
Arai ingin meningkatkan efisiensi termal menjadi 40 persen.
"Saat ini belum ada teknologi seperti demikian," kata Arai, insinyur berusia 57 tahun itu.
Arai juga menjabat senior managing director pada litbang Honda.
"Ini sangat menantang, tapi jika hal tersebut tercapai, maka teknologinya bisa diterapkan ke mobil konvensional."
Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014