Paris (ANTARA News) - Meski dalam usia yang masih sangat muda, 23 tahun, Sebastian Vettel menjuarai gelaran Grand Prix Formula Satu (F1), bak seorang veteran jawara lintasan.

Dengan determinasi tanpa kompromi seorang pembalap kawakan, ia mampu melibas rival-rivalnya dan memenangi balapan-balapan sengit yang membuatnya berhasil mencatatkan dirinya sebagai juara dunia F1 termuda.

Hanya dalam sisa dua seri, Vettel mampu memangkas defisit 25 angka dari Fernando Alonso yang terpaksa harus gigit jari karena tidak mampu memaksimalkan perolehan angkanya sebagai pemimpin klasemen pembalap di seri terakhir GP Abu Dhabi.

"Menjadi juara dunia adalah impian saya semenjak kecil. Setelah berhasil meraihnya sekarang tugas saya untuk mempertahankannya, impian harus tetap dihidupkan," katanya.

Balapan musim ini adalah yang paling dramatis dan mengharu-biru bagi Vettel, salah satunya adalah karena perseteruannya dengan rekan setimnya di Red Bull, Mark Webber.

Webber yang sempat memimpin perolehan poin terpaksa harus merelakan posisinya disusul oleh Vettel dan Alonso pada dua balapan terakhir.

Sementara Alonso yang terpaksa harus meratapi kesalahan strategi timnya dianggap oleh sebagian kalangan layak menjadi pecundang karena sebagian angka yang diperolehnya, khususnya sewaktu memenangi GP Jerman, berbau "tim order".

Pada GP pembuka di Bahrain, Vettel yang berhasil meraih "pole position" mengalami masalah mekanis sehingga terpaksa harus membiarkan Alonso meraih kemenangan dalam balapan yang juga diwarnai oleh kehadiran tiga tim baru dan kembalinya seseorang yang sangat terkenal.

Virgin, Lotus dan Hispania, tim-tim baru itu, ternyata masih harus berjuang sepanjang musim agar tetap berada di lintasan, sementara juara dunia tujuh kali yang telah berumur 41 tahun, Michael Schumacher, melakukan "come back" mengejutkan bersama tim besutan Ross Brawn, Mercedes GP.

Sayangnya sang legenda terpaksa harus menghabiskan seluruh musim dengan berada di belakang rekan setim-nya yang lebih cepat, lebih gesit, dan lebih muda, Nico Rosberg.

Pada gelaran GP seri kedua di Australia, juara dunia Jenson Button yang sekarang membela tim McLaren berhasil melintasi garis finish terlebih dahulu, sementara Vettel masih harus berkutat dengan masalah pengereman pada mobil balapnya.

Di Malaysia Vettel dan Webber berhasil naik podium satu-dua sebelum Button kembali menang di Shanghai yang membuatnya jadi pemuncak klasemen dengan 10 poin.

Webber kemudian merajai dua gelaran F1 berikutnya di Spanyol dan Monaco, dan Hamilton mengangkangi podium 1 di Turki dan Kanada, yang membuat mereka berbagi posisi pemuncak klasemen sementara.

Hubungan Vettel dan Webber mencapai titik didih di GP Turki ketika mereka saling bersenggolan dan keduanya terpaksa harus mundur dari balapan.

Di sirkut jalan raya Valencia, Vettel menghidupkan kembali asanya sebagai juara dengan memenangi balapan tersebut, sementara Webber harus mundur lagi dari lintasan setelah mengalami kecelakaan spektakuler dengan pembalap Lotus, Heikki Kovalainen. Beruntung keduanya selamat tanpa kurang satu apapun.

Di Silverstone, Webber malah menjuarai balapan meskipun sebelumnya ia menuduh timnya telah menganaktirikannya sehubungan dengan pemasangan sayap baru untuk mobil balap Vettel.

Kontroversi lagi-lagi terjadi ketika Alonso memenangi GP Jerman setelah rekan setimnya, Massa, diperintahkan memberi jalan bagi Alonso 18 lap menjelang garis finish.

Webber kembali memuncaki klasemen setelah memenangi GP Hungaria dimana Vettel harus rela berada di tempat ketiga setelah mendapat hukuman "drive-through penalty" karena melanggar aturan "safety car".

Hamilton akhirnya berhasil merealisasikan impiannya untuk menjuarai sirkuit Spa Belgia yang fenomenal, sekaligus memuncaki klasemen sementara pembalap.

Tetapi Webber kemudian kembali merebut puncak klasemen meskipun hanya berada di tempat keenam di belakang Alonso yang menjuarai GP Monza, sementara Vettel hanya berhasil menduduki tempat keempat.

Di bawah sinar benderang lampu sorot sirkuit jalan raya Singapura, Alonso menang tipis atas Vettel dengan hanya terpaut 0,2 detik, sementara Webber mengekor di tempat ketiga untuk mengamankan posisinya sebagai pemuncak klasemen.

Vettel menegaskan kembali ancamannya dengan mengukuhkan dirinya sebagai "Kaisar GP Jepang" untuk kedua kalinya secara berturut-turut di sirkuit Suzuka dimana Webber hanya bisa finis di tempat terakhir dan Alonso memanfaatkan perang saudara tersebut dengan merebut puncak klasemen setelah berhasil menapaki podium ketiga.

Pembukaan GP Korea berakhir dengan kelabu bagi Vettel setelah ia tidak mampu menyelesaikan lomba yang dijuarai oleh Alonso dengan 11 poin di depan Webber dan 25 poin di depan Vettel.

Vettel dan Webber kembali merebut podium satu dan dua bagi Red Bull di GP Brazil dengan Alonso menempel di tempat ketiga sehingga menciptakan posisi klasemen ideal yang membuat penasaran semua penggila balap untuk mengetahui hasil akhirnya di Abu Dhabi.

Dalam perebutan posisi start di sirkuit Abu Dhabi, Vettel menempati grid terdepan, Alonso ketiga dan Webber kelima.

Alonso yang hanya butuh finis keempat untuk mencegah Vettel merebut gelar ternyata hanya bisa menempati posisi ketujuh dan Webber mengekor di posisi kedelapan yang membuat mereka harus mengakui kehebatan Vettel sebagai juara GP Abu Dhabi sekaligus juara dunia Formula Satu 2010.

Vettel tidak tertahankan untuk menjadi juara dunia F1 dengan hanya selisih empat angka.
(a032/T009/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010