ANTARA pada Jumat berkesempatan melihat pabrik atau dapur produksi baterai BYD yang dikenal sebagai pionir ekosistem energi tanpa emisi, karena peranti penyimpan daya listrik itu sudah digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk telepon seluler dan kendaraan elektrik.
Pada tahun 2022, produksi baterai mulai dioperasikan oleh anak perusahaan BYD, yaitu FinDreams Battery yang berada di Chongqing, China. Selanjutnya pada tahun 2023, BYD resmi memasuki pasar kendaraan elektrik dengan produk-produk New Energy Vehicle (NEV) dengan sumber energi baterai yang dipopulerkan dengan nama Blade Battery.
Baca juga: Song L dari BYD sudah dipesan sebanyak 11 ribu unit
Baca juga: Yangwang pamerkan supercar di ajang pameran otomotif Guangzhou
"Inovasi baterai BYD telah mampu meyakinkan berbagai pihak dan berhasil menempati posisi kedua di dunia. Dengan kekuatan riset dan pengembangan yang kami miliki ini, maka kami juga ingin lebih nyata berkontribusi pada ekosistem tanpa emisi melalui kendaraan elektrik," kata President Director PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.
"Oleh karena itu, kini kami mulai berfokus pada produksi New Energy Vehicle dengan menggunakan inovasi baterai milik kami sendiri, yaitu Blade Battery,” tambah Eagle Zhao.
Blade Battery sebagai e-Platform NEV BYD
Blade Battery tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi, namun juga sebagai bagian dari rangka NEV (new energy vehicle). Saat ini BYD telah mengembangkan e-platform 3.0 dengan struktur dari Blade Battery yang akan menjadi pemimpin kendaraan masa depan dengan menempatkan keselamatan sebagai prioritas.
Blade Battery dirancang untuk meningkatkan struktural e-platform 3.0 jika terjadi tabrakan. Dengan jalur transmisi gaya khusus untuk kendaraan elektrik, e-platform 3.0 mampu memberikan efisiensi dan perlindungan yang lebih aman.
Platform itu adalah sebuah inovasi pada pusat tenaga listrik, sehingga mampu mengintegrasikan unit kontrol kendaraan, sistem manajemen baterai, unit distribusi daya, motor penggerak, pengontrol motor, transmisi, dan pengisi daya On-Board.
Baca juga: Pasar otomotif berkembang, BYD masuk Indonesia semester I tahun depan
Linimasa pengembangan pabrik baterai BYD
Pengembangan teknologi energi baru BYD dimulai pada tahun 1995 dan satu tahun setelahnya memulai inovasi untuk baterai dengan bahan lithium ion phosphate untuk memenuhi kebutuhan konsumen di sektor energi baru.
Inovasi baterai lithium-ion ini memiliki kapasitas energi yang lebih besar, umur pemakaian yang lebih panjang, waktu pengisian yang lebih cepat, dimensi baterai yang lebih minimalis, serta daya tahan yang lebih kuat.
Keunggulan kualitas baterai BYD dipercaya oleh industri elektronik, beberapa di antaranya adalah perusahaan telepon seluler Motorola dan Nokia yang menggunakan baterai lithium-ion BYD sebagai sumber tenaganya.
Pada 2022, BYD Group membangun bisnis produksi baterai yang lebih mandiri dengan meresmikan FinDreams Battery yang menjadi pusat produksi utama berbagai jenis baterai yang diproduksi oleh BYD, terutama lithium-ion untuk mobil listrik, bus listrik, kendaraan komersial, dan aplikasi energi lainnya.
Fasilitas pabrik baterai FinDreams berkembang dalam dua tahap. Pada tahap pertama, FinDreams membangun fasilitas pabrik dengan kapasitas 20,000 GigaWatt yang dapat menghasilkan 500.000 unit baterai.
Selanjutnya, fasilitas tahap kedua berkembang hingga mampu berproduksi dengan kapasitas 15.000 GigaWatt untuk menghasilkan 300.000 unit baterai. Dalam satu tahun, FinDreams dapat menghasilkan 850.000 unit baterai.
Baca juga: BYD siap masuk kompetisi mobil listrik di Indonesia
Tahun 2023 menjadi momentum besar bagi BYD dengan resmi memasuki pasar kendaraan elektrik. Produk-produk NEV yang dikembangkan oleh BYD menggunakan Blade Battery yang diproduksi di pabrik baterai FinDreams. Bahkan saat ini Blade Battery secara eksklusif memiliki 600 paten yang sangat persisten untuk masuk ke pasar global.
Pabrik Baterai FinDreams sebagai kunci produksi baterai BYD memiliki tiga pusat riset dan pengembangan, yaitu Chongqing, Shanghai, dan Shenzhen. Di sana, tim riset dan pengembangan baterai BYD melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan lebih canggih.
Pabrik baterai FinDreams dibangun pada area seluas 1.000.000m2 dengan total investasi sebesar 18.000.000 dolar AS. Komitmen investasi itu diimplementasikan untuk membangun kemampuan 100 persen yang dimulai dari desain, produksi, hingga proses daur ulang baterai.
Proses daur ulang yang dilakukan adalah dengan mengubah baterai menjadi energi dalam bentuk solar system, yang kemudian menjadikan BYD memiliki ekosistem energi baru yang lengkap.
Dalam prinsipnya FinDreams mengedepankan 7S, yaitu: Super Cost, Super Secure, Super Life, Super Endurance, Super Strength, Super Power, Super Low Temperature. Prinsip tersebut secara singkat dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Super Cost: Mengeliminasi ketergantungan pada penggunaan logam mulia dengan sistem desain yang minimalis
2. Super Secure: Menggunakan baterai LFP baru yang didesain dengan delapan dimensi dan empat lapisan keamanan
3. Super Life: Menggunakan sistem kimia LDN untuk menghasilkan siklus hidup baterai yang unggul
4. Super Endurance: Peningkatan TCPP 50% dengan mudah menjangkau 600 km
5. Super Strength: Dilapisi dengan rancangan struktur Honeycomb berbahan aluminum
6. Super Power: Pengisian ulang 20 menit sebesar 70% untuk mendukung 9 detik akselerasi
7. Super Low Temperature Performance: Berada dalam kondisi terbaik di antara suhu -35C hingga 55C.
Baca juga: BYD ingin bangun ekosistem EV dan teknologi di Indonesia
Baca juga: Mengenal baterai canggih dan aman "Blade Battery" dari BYD
Baca juga: Strategi BYD hadapi kurangnya infrastruktur pengisian daya mobil EV
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023