Tokyo (ANTARA) - Berjarak 341 km dari Ibu Kota Jepang, Tokyo, Kota Nagoya ternyata menyimpan sejarah tumbuhnya seorang pengusaha jenius di balik lahirnya sebuah perusahaan otomotif raksasa dunia bernama Toyota.
Di antara suasana pedesaan Nagoya yang sejuk, di depan hamparan sawah yang menghadap ke gunung, ANTARA berkesempatan menyambangi Sakichi Toyoda Memorial House, rumah yang menjadi saksi bagaimana salah satu nama yang paling dikenal di industri otomotif global memulai perjalanannya.
Selain itu, kami juga berkunjung ke museum Toyota Kuragaike Commemorative Hall yang terletak di samping Taman Kuragaike, untuk melengkapi dan mendalami kisah inspiratif tersebut.
Ternyata, kedua tempat ini menceritakan bahwa perusahaan otomotif raksasa dunia itu tidak berawal dari bisnis kendaraan, melainkan mesin pemintal dan tenun.
Baca juga: Pikap listrik Toyota akan diuji coba di Thailand
Baca juga: Toyota catat rekor produksi dan penjualan pada periode April-September
Baca juga: Toyota debut teknologi baterai solid-state dan bipolar pada 2027-2028
Cikal bakal Toyota
Sosok yang bertanggung jawab atas Toyota hingga menjadi seperti sekarang ini adalah Kiichiro Toyota. Lahir pada 11 Juni 1894 sebagai anak tertua dari pasangan Tami Sahara dan Sakichi Toyoda, seorang tukang kayu, penemu, juga pengusaha industri tenun, ia tumbuh sebagai anak yang tertarik pada ilmu pengetahuan.
Kiichiro segera mendaftar ke universitas untuk mengejar bidang yang diinginkannya. Ia menerima gelar dari Fakultas Teknik Tokyo Imperial University departemen Teknik Mesin pada tahun 1920.
Kemudian, ia segera bergabung dengan perusahaan ayahnya Toyota Boshoku, yang pada saat itu bertanggung jawab untuk membuat peralatan mesin dan suku cadang untuk alat tenun industri.
Kiichiro pun melakukan perjalanan ke San Francisco, London, dan Oldham, antara bulan Juli 1921 dan Februari 1922 untuk mempelajari industri pemintalan dan pertenunan yang lebih berkembang di sana.
Meski berniat untuk mempelajari teknologi yang dapat diterapkan pada industri pertenunan di Jepang, khususnya untuk memajukan bisnis keluarganya, Kiichiro sebetulnya tertarik pada industri mobil.
Baca juga: Saingi Cina dan Korea, tahun depan Toyota siapkan fitur canggih
Mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, pasalnya, perusahaan ini tidak dimulai dengan membuat sesuatu yang berhubungan dengan mobil.
Sang ayah, Sukichi Toyoda, menemukan alat tenun otomatis revolusioner “Model G Toyoda” pada tahun 1926, sebuah inovasi yang sangat disambut baik di Jepang, karena alat tenun tersebut cukup canggih di masanya, termasuk dapat berhenti otomatis ketika terjadi masalah.
Baca juga: Toyota prediksi mobil listrik dominasi 30 persen kendaraan di ASEAN
Dengan itu, ia mendirikan Toyota Industries Corporation Limited, di mana ia mengangkat putranya Kiichiro sebagai direktur pelaksana. Kiichiro selalu ingin mengubah bisnisnya menjadi produsen mobil dengan memanfaatkan teknologi baru, yang ia yakini akan sangat bermanfaat bagi perekonomian Jepang.
Bukan tanpa alasan, selagi ia berkunjung ke Negeri Paman Sam, ia melihat kemajuan yang luar biasa pada industri otomotif, melalui mobil-mobil yang diciptakan oleh Ford dan Chevrolet. Sementara di tanah kelahirannya, pada saat itu, masih menggunakan gerobak untuk alat transportasi manusia.
Kunjungan ke Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1929 akhirnya mengkonfirmasi keyakinannya. Paten alat tenun otomatis yang revolusioner itu pun nekat ia jual kepada perusahaan Inggris Platt Brothers of Oldham pada tahun yang sama.
Baca juga: Toyota lanjutkan produksi di Jepang usai insiden ledakan di pemasok
Baca juga: Mobil konsep Toyota di JMS, dari model sport hingga untuk luar angkasa
Hasil penjualan paten tersebut menghasilkan dana awal sebesar 100 ribu pound sterling atau sekitar Rp1,9 miliar (jika dikonversi dengan kurs saat ini) sebagai modal untuk mendanai proyek yang ia sukai, yakni manufaktur mobil.
Tekad untuk mendiversifikasi bisnis pembuatan alat tenun keluarga Toyoda bertepatan dengan rencana pemerintah Jepang untuk mengembangkan industri otomotif dalam negeri. Kiichiro pun mendirikan divisi otomotif di Toyoda Automatic Loom Works pada tahun 1933.
Baca juga: Toyota FT-3e bisa digunakan "off-road" dan akan masuk Indonesia
Memberedel Chevrolet dan Ford
Sebagian modal yang Kiichiro dapat dari menjual paten dari usaha tenun sebelumnya itu ia gunakan dengan membeli langsung mobil buatan pabrikan Amerika, dan memboyongnya ke bengkel di Jepang untuk diberedel dan dipelajari.
Orang-orang Jepang pada saat itu meragukan ambisi Kiichiro dalam merintis perusahaan otomotifnya, "Apa kah kita bisa membuat mobil di Jepang?"
"Tidakkah kalian ingin mengucapkan selamat kepada masa depan industri otomotif yang sedang berkembang?" Kiichiro menjawab.
Baca juga: Toyota lakukan studi untuk bangun pabrik baterai EV di Indonesia
Kiichiro pun tetap teguh pada pendiriannya. Tugas pertama tim adalah menciptakan mesin baru berdasarkan mesin 6-inline Chevrolet Stovebolt dari mobil yang ia beli. Saat menganalisa mesin ini, dan setelah beribu kali menemukan jalan buntu, tim Toyoda mampu melakukan perbaikan pada kepala silinder dan intake manifold, yang pada gilirannya berhasil menghasilkan tenaga lebih besar pada produk ciptaannya sendiri.
Baca juga: Toyota pamerkan mobil sport EV pertama dari lini GR di JMS 2023
Baca juga: Toyota luncurkan mobil listrik Lexus berjangkauan 1.000 km pada 2026
Prototipe pertamanya adalah Toyoda Model A1, kemudian truk Toyoda Model G1. Truk ini secara historis penting sebagai kendaraan produksi Toyoda pertama, juga menjadi model pertama yang berhasil diekspor ke pasar luar negeri.
Keuntungan dari model ini mendorong pengembangan dan produksi selanjutnya dari sedan Toyoda Model AA dan bus Model DA.
Baca juga: Mejeng di JMS 2023, Toyota Rangga dapat dikustomisasi jadi “apapun"
Bisnis baru Toyoda berkembang pesat dan melampaui posisinya sebagai anak perusahaan. Pada bulan April 1937, departemen otomotif Toyoda Automatic Loom Works secara resmi terdaftar menjadi independen sebagai Toyota Motor Company Limited (sekarang Toyota Motor Corporation). Pada tahun yang sama, Kiichiro menjadi wakil presidennya.
Koromo Plant didirikan sebagai fasilitas produksi khusus Toyota pertama. Operasional dimulai pada bulan November 1938, dengan staf sebanyak 5.000 orang dan kapasitas produksi 2.000 unit per bulan.
Tak lama setelahnya, perekonomian Jepang pada masa perang dunia kedua mengalami krisis pasokan material yang parah, sehingga pemerintah melarang produksi mobil penumpang. Selama masa pembatasan ini, perusahaan Toyota yang masih baru berfokus pada penyediaan mobil dan truk untuk keperluan militer.
Baca juga: Toyota pamerkan mobil sport EV pertama dari lini GR di JMS 2023
Baca juga: Toyota luncurkan mobil listrik Lexus berjangkauan 1.000 km pada 2026
Mobil Penumpang Pertama
Toyota Crown, kendaraan penumpang pertama Toyota yang sepenuhnya dibuat di Jepang kala itu sedang dalam pengembangan, dimulai pada Januari 1952.
Tugas ini merupakan ujian yang signifikan bagi Toyota, karena mengharuskan perusahaan untuk membuat bodi dan membuat sasis baru yang nyaman, sekaligus tahan terhadap jalan tak beraspal yang lazim di Jepang pada saat itu.
Sayangnya, sebelum melihat Crown ke pintu penjualan, Kiichoro Toyoda meninggal dunia secara mendadak akibat pendarahan otak pada Maret 1952, di usia 57 tahun.
Setelah beberapa waktu dihabiskan untuk memfokuskan kembali pengembangan, Crown akhirnya dirilis dan dijual pada tahun 1955, menjadikannya mobil Jepang pertama yang mengaspal di Amerika.
Mobil ini mendapat sambutan yang baik dari seluruh dunia. Kendaraan kelas atas yang cantik dari Toyota saat ini pun masih menggunakan lambang mahkota legendaris khas Toyota Crown. Setelah peluncuran Crown, Toyota pun secara agresif mengembangkan bisnis ekspornya.
Baca juga: Toyota tampakkan keseriusannya soal EV di JMS 2023
Toyota Sekarang
Kini, Toyota Motor Corporation (TMC) dipimpin oleh Koji Sato, yang resmi menjabat sebagai Presiden dan CEO, sejak 26 Januari 2023.
Pergantian direksi tersebut terjadi setelah cucu dari Kiichiro Toyoda, yakni Akio Toyoda, sebagai pemimpin generasi ketiga mundur sebagai pemimpin perusahaan pembuat mobil terlaris dunia itu. Perubahan itu ditujukan untuk memfokuskan Toyota dalam teknologi kendaraan listrik dan menavigasi industri di masa depan.
Pada 2022, Toyota berhasil memproduksi sebanyak 9,02 juta unit kendaraan secara global. Hingga kini, Toyota telah menjadi salah satu produsen otomotif paling disegani di dunia.
Baca juga: Toyota beri sinyal hadirkan hybrid untuk segmen terjangkau
Baca juga: Toyota kenalkan Land Cruiser BEV hingga mobil luar angkasa di JMS 2023
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023