Jakarta (ANTARA) - Mozilla dalam penelitian bertajuk Privacy Not Included menyatakan bahawa terdapat beberapa jenama otomotif global yang tidak lolos dalam uji privasi konsumen, yang menyebabkan data privasi tersebut bocor ke pihak lain.
Mozilla meninjau 25 jenama otomotif seperti BMW, Ford, Toyota, Tesla, Kia, hingga Subaru untuk penelitian tersebut. Mereka menemukan jenama yang diteliti dapat mengumpulkan data yang sangat pribadi seperti aktivitas seksual, status imigrasi, ras, ekspresi wajah, berat badan, informasi kesehatan dan genetik dari para pengendara kendaraan itu, seperti disiarkan laman Mozilla pada Rabu (6/9).
Dalam penelitian itu, para peneliti dari Mozilla menemukan bahwa data-data itu dikumpulkan melalui teknologi seperti sensor, mikrofon, kamera, telepon melalui perangkat yang dihubungkan pengemudi ke mobil mereka, serta aplikasi mobil, situs web perusahaan, dealer, dan telematika kendaraan yang kini banyak dilansir oleh merek-merek itu.
Yang sangat mengkhawatirkan adalah data-data itu dapat dengan mudah dijual oleh mereka kepada pihak ketiga. Mereka juga dapat mengambil sebagian besar data itu dan menggunakannya untuk mengembangkan kesimpulan tentang kecerdasan, kemampuan, karakteristik, preferensi pengemudi, dan banyak lagi.
Baca juga: Firefox Monitor, layanan untuk lindungi data pengguna
Dalam penelitian itu, Mozilla menyampaikan bahwa tidak ada merek yang memenuhi Standar Keamanan Minimum Mozilla. Secara khusus, peneliti tidak dapat memastikan apakah ada merek yang mengenkripsi semua informasi pribadi yang mereka simpan di kendaraan, dan hanya Mercedes yang menjawab pertanyaan Mozilla tentang enkripsi.
Mozilla tidak main-main dalam penelitian itu, mereka telah menghabiskan waktu setidaknya 600 jam untuk membaca kebijakan privasi, mengunduh aplikasi, dan berkorespondensi dengan merek.
Mereka, para peneliti, juga mengkaji kelemahan privasi dan keamanan merek mobil yang tersebar di lima negara seperti AS, Jerman, Jepang, Prancis, dan Korea Selatan.
“Semua mobil baru saat ini adalah mimpi buruk privasi di atas kendaraan yang mengumpulkan informasi pribadi dalam jumlah besar,” ucap direktur program Privacy Not Included Jen Caltrider.
Baca juga: Mozilla Firefox beri kontrol pengguna untuk hapus data
Dalam kajian itu, Nissan yang menjadi produsen terparah, pabrikan mobil Jepang tersebut mengakui dalam kebijakan privasi mereka bahwa mereka mengumpulkan berbagai macam informasi, termasuk aktivitas seksual, data diagnosis kesehatan, dan data genetik – tetapi, tidak menjelaskan caranya.
Mereka dapat membagikan dan menjual “preferensi, karakteristik, tren psikologis, kecenderungan, perilaku, sikap, kecerdasan, kemampuan, dan bakat” konsumen kepada perantara data, penegak hukum, dan pihak ketiga lainnya.
Tidak hanya Nissan, merek asal Jerman, Volkswagen, Toyota, Kia dan Mercedes-Benz juga memiliki indikasi yang sama, yang pada intinya adalah privasi konsumen tidak bisa dijaga dengan baik.
Para analis memperkirakan pada tahun 2030, monetisasi data mobil dapat menjadi industri yang bernilai hingga 750 miliar dolar (atau setara dengan Rp11,5 triliun).
Tidak ada satupun merek yang menerima penghargaan Best Of dari Mozilla tahun ini meskipun para peneliti mengidentifikasi Renault sebagai merek yang paling tidak bermasalah.
“Banyak orang menganggap mobil mereka sebagai ruang pribadi — tempat untuk menghubungi dokter, melakukan percakapan pribadi dengan anak Anda dalam perjalanan ke sekolah, menangis karena putus cinta, atau berkendara ke tempat-tempat yang mungkin tidak ingin diketahui dunia. Namun, persepsi itu tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Semua mobil baru saat ini adalah mimpi buruk privasi di atas kendaraan yang mengumpulkan informasi pribadi dalam jumlah besar,” kata Jen Caltrider.
Baca juga: Porsche pertimbangkan integrasikan aplikasi Google ke kokpit mobil
Baca juga: Aplikasi pihak ketiga mobil terkoneksi rentan pencurian data
Baca juga: IBM dan Mercedes berhasil kembangkan layanan "Stolen Vehicle Help"
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023