Capaian tersebut menjadi rekor kuartalan bagi perusahaan Jepang tersebut, dibantu oleh pelemahan yen dan penjualan yang kuat saat produksinya pulih dari pandemi COVID-19.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 93,7 persen dari periode April-Juni tahun lalu. Penjualannya naik 24,2 persen menjadi 10,5 triliun yen (sekitar Rp1,1 kuadriliun), sementara keuntungan bersih melonjak 78 persen menjadi 1,31 triliun yen (sekitar Rp139 triliun), keduanya mencatat rekor tertinggi untuk kuartal pertama fiskal.
Hasil keuntungan yang positif ini datang ketika Toyota meningkatkan kapasitas produksinya di seluruh dunia untuk mengatasi kesempatan yang hilang selama pandemi coronavirus.
Baca juga: PIDI 4.0 akselerasi digitalisasi di sektor industri otomotif
Pemulihan kekurangan chip global juga memungkinkan permintaan yang tertahan dapat dipenuhi, dengan penjualan keseluruhan grupnya dalam periode tiga bulan naik 8,1 persen menjadi 2,75 juta mobil, kata perusahaan tersebut.
Toyota juga diuntungkan dari pelemahan yen. Mata uang Jepang tersebut turun sekitar 8 yen (Rp847,6) terhadap dolar AS sepanjang tahun hingga Juni, menurut data Bank of Japan, karena selisih suku bunga yang melebar antara Jepang dan Amerika Serikat.
Setiap penurunan 1 yen (Rp105,9) terhadap dolar meningkatkan keuntungan operasional pabrikan mobil ini sebesar 45 miliar yen (sekitar Rp4,7 triliun), demikian kata Toyota.
Pabrikan mobil tersebut mengatakan pertumbuhan penjualan kendaraan dan kenaikan harga di Amerika Utara dan Eropa mendorong kenaikan keuntungan operasional kuartalnya sebesar 600 miliar yen (sekitar Rp63,5 triliun) dari tahun sebelumnya, menutupi kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja.
Baca juga: Toyota Indonesia ekspor 139.581 ribu kendaraan Januari-Juni 2023
Dari segi wilayah, bisnis Toyota di Jepang mengalami pertumbuhan terbesar, dengan keuntungan operasionalnya naik dua kali lipat menjadi 700,7 miliar yen (sekitar Rp74,2 triliun) karena penjualan kendaraan meningkat 32 persen berkat peningkatan produksi.
Keuntungan di Amerika Utara naik sekitar 40 persen menjadi 123,3 miliar yen (sekitar Rp13 triliun), sementara di Eropa melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi 82 miliar yen (sekitar Rp 8,6 triliun).
Meskipun Toyota mencatat kesuksesan secara keseluruhan, operasinya di Asia mencatat sedikit penurunan keuntungan karena persaingan ketat dengan perusahaan pesaing di pasar kendaraan listrik di China.
Perusahaan tersebut tetap mempertahankan perkiraan keuntungan tahunan. Keuntungan bersihnya untuk tahun yang berakhir pada Maret tahun depan diperkirakan akan naik 5,2 persen menjadi 2,58 triliun yen (sekitar Rp273 triliun), sementara penjualan diperkirakan mencapai 38 triliun yen (sekitar Rp4 kuadriliun), naik 2,3 persen.
Baca juga: Toyota jadi penjual mobil terbesar di dunia pada Januari-Juni
Meskipun keuntungan bersih April-Juni-nya sudah mencakup separuh dari target tahunannya, Toyota memilih untuk tidak merevisi perkiraan keuntungannya ke atas, dengan alasan tidak ada perubahan signifikan dalam lingkungan bisnis.
Angka-angka untuk tahun fiskal lengkap dihitung berdasarkan perkiraan kurs rata-rata sebesar 125 yen (Rp13.245) terhadap dolar, kata Toyota.
Perusahaan tersebut berencana untuk memproduksi rekor 10,1 juta mobil untuk merek Toyota dan Lexus dalam tahun fiskal ini. Demikian disiarkan Kyodo, Selasa (1/8).
Baca juga: Toyota masih fokus pada segmen komersial di kelas dua ton ke bawah
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023