"Untuk mendukung proyek mobil listrik secara nasional, saya rasa pembelajaran tentang mobil listrik perlu disiapkan mulai dari tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun perguruan tinggi," katanya di Semarang, Rabu.
Menurut mantan Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unnes itu, selama ini pembelajaran teknologi mobil listrik memang sudah ada di beberapa program keahlian tertentu di SMK, seperti jurusan elektronika dan mekatronika.
Akan tetapi, kata dia, karena masih menjadi bagian pembelajaran bidang keahlian tertentu di SMK, seperti elektronika dan mekatronika, materi pembelajaran tentang teknologi mobil listrik yang diberikan kepada siswa masih terbatas.
"Kalau pemerintah serius mengembangkan mobil listrik sebagai proyek mobil nasional seharusnya digarap serius mulai dari pendidikannya. Perlu ada jurusan khusus mobil listrik, baik di SMK maupun perguruan tinggi," katanya.
Tenaga pengajar, kata dia, bukan menjadi kendala berarti jika pemerintah serius, sebab pembukaan jurusan mobil listrik tidak mengharuskan semua tenaga pengajarnya diambilkan dari tenaga asing dari negara-negara maju.
"Tidak perlu semua tenaga pengajarnya diimpor dari luar. Guru dan dosen kita bisa dikirim ke luar negeri, ke negara yang sudah maju teknologi mobil listriknya. Setelah itu, mereka mengajarkannya di Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan kendala yang dihadapi dalam pengembangan mobil listrik selama ini terletak pada komponen baterai atau aki yang masih mengimpor, sebab Indonesia belum menguasai teknologi baterai yang menjadi komponen utamanya.
(KR-ZLS/M029)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Copyright © ANTARA 2013