"Mobil listrik ini merupakan penyempurnaan prototipe mobil listrik sebelumnya. Kalau dihitung biaya pembuatannya sekitar Rp100 juta," kata Koordinator Tim Mobil Listrik Unissula Agus Suprayitno di Semarang, Rabu.
Ia mengakui proses riset prototipe mobil listrik itu memakan waktu cukup lama, yakni sejak 2010 dengan prototipe mobil listrik pertama, kemudian disempurnakan hingga menjadi mobil listrik yang saat ini.
Namun, kata pengajar Jurusan Elektro Fakultas Teknik Industri Unissula tersebut, proses perakitan mobil listrik itu hanya membutuhkan waktu selama enam bulan dibantu oleh enam anggota tim yang lainnya.
"Untuk mobil listrik ini, kami pilih menggunakan arus listrik DC (direct current) atau arus bolak-balik. Kami gunakan arus DC murni, karena kami lebih kejar pada besarnya torsi dibandingkan kecepatan," katanya.
Menurut dia, ada pula pembuat mobil listrik yang memilih menggunakan arus listrik AC (alternating current) atau arus searah karena lebih mengejar kecepatan, seperti mobil Tuxuci milik Menteri BUMN Dahlan Islan.
"Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Kalau memakai arus DC konsekuensinya kecepatannya rendah tetapi torsi atau tarikannya lebih kuat, sementara arus AC kecepatan tinggi namun torsi rendah," katanya.
Mobil listrik Unissula, kata dia, memang hanya mampu mencapai kecepatan sekitar 40-45 kilometer per jam, tetapi setelah dibebani bobot kendaraan kecepatan maksimalnya hanya mampu mencapai sekitar 30 kilometer per jam.
Ia menyebutkan bobot kosong mobil listrik itu, termasuk bodi dan komponen-komponennya, mencapai 300 kilogram, belum ditambah penumpang, tetapi pemilihan arus listrik DC tak memengaruhi tarikan mobil tersebut.
"Makanya kami pilih arus DC, tarikan atau angkatannya lebih kuat. Dibebani beban berapa pun tidak banyak berpengaruh, lebih stabil, beda kalau kami pilih arus AC. Tetapi, kecepatannya memang lambat," katanya.
Berkaitan dengan mobil listrik, ia mengakui kelemahannya rata-rata terletak pada jarak tempuh yang relatif singkat, seperti mobil listrik "H-Molex" yang jarak tempuhnya hanya sanggup bertahan selama enam jam.
Oleh karena itu, pihaknya mendesain mobil listrik itu dengan kombinasi bahan bakar bensin dan elpiji (gas) yang berfungsi sebagai alternatif jika tenaga listriknya habis dan belum bisa mengisi baterai.
"Kami juga pasang `solar cell` (panel tenaga surya). Gunanya ya untuk mengisi baterai ketika berjalan siang hari, daya tempuhnya lebih panjang. Sebab, baterai atau akinya memang besar, sekitar 175-200 ampere," kata Agus.
Rencananya, Tim Mobil Listrik Unissula akan terus melakukan riset untuk menyempurnakan prototipe mobil listrik yang sudah diciptakannya, bergantung dana yang diberikan oleh pihak fakultas untuk membiayai riset.
(KR-ZLS/M029)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Copyright © ANTARA 2013