Mitsubishi Outlander PHEV bisa menjadi opsi bagi keluarga yang ingin menikmati perjalanan dengan konsep berpetualang (Life Adventure), sebab SUV berbodi bongsor itu menggunakan sistem penggerak S-AWC (Super All Wheel Control) yang membuat mobil melaju dengan lebih stabil dan aman.
Baca juga: Alasan Lexus belum pasarkan varian All New NX PHEV di Indonesia
S-AWC merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya yaitu AWC, dengan penyempurnaan pada sistem penggerak Integrated Vehicle Dynamics Control System. Teknologi itu menerapkan sistem pengendali dari tenaga mesin mobil dan tenaga pengereman dari keempat roda yang berfungsi secara otomatis sehingga mobil lebih mudah dikendalikan di berbagai permukaan jalan.
ANTARA berkesempatan menjajal Mitsubishi Outlander PHEV dengan rute Cileungsi, Jawa Barat, menuju Malang, Jawa Timur, sejauh lebih dari 700 kilometer, kemudian kembali lagi dengan rute yang sama.
Perjalanan dimulai setelah Mitsubishi Outlander PHEV diisi baterainya hingga full, kemudian kondisi tangki bahan bakar berkapasitas 45 liter juga terisi penuh di SPBU menjelang masuk tol Jakarta-Cikampek.
Baca juga: Kia ungkap Niro PHEV dan EV 2022 di pasar Swedia
Outlander PHEV memiliki tiga mode berkendara yang bisa dipilih mandiri oleh pengemudi atau otomatis. Pertama adalah Mode EV (murni elektrik) di mana mobil berjalan menggunakan baterai yang menggerakkan motor listrik tanpa melibatkan mesin bensin.
Ini merupakan mode pertama yang dilakukan saat perjalanan menuju Malang melalui tol Jakarta-Cikampek. Saat dicoba, mode itu mampu membuat Outlander PHEV berjalan senyap tanpa suara mesin hingga sejauh 50 kilometer dengan kecepatan bervariasi, sesuai kondisi lalu lintas di Jawa Barat saat perjalanan awal yakni antara 60-80 kilometer per jam.
Baca juga: Kia Sportage PHEV 2023 diluncurkan, diklaim lebih efisien
Mode kedua adalah Hybrid, di mana motor listrik tetap menjadi penggerak utama namun mesin akan menyala secara otomatis, berfungsi sebagai generator pengisian baterai saat dibutuhkan. Pada mode itu, mesin bensin Outlander PHEV berkapasitas 2,4L mampu menghasilkan listrik saat kapasitas baterai mendekati habis.
Mesin bensin itu juga menjadi pendorong laju kendaraan saat mobil menanjak atau dipacu dengan kecepatan tinggi. Mode Hybrid itu juga membuat Outlander PHEV tetap lincah dan bertenaga saat melintasi berbagai medan.
Mode ketiga adalah Paralel Hybrid Mode yang membuat mesin bensin memiliki tugas ganda, yakni menggerakkan mobil sekaligus mengisi daya baterai. Mode itu juga berfungsi saat Outlander PHEV perlu tenaga ekstra ketika mendahului kendaraan lain dengan kecepatan tinggi.
Dengan kombinasi ketiga mode tersebut, Outlander PHEV yang menggunakan energi baterai 12 kWh ditambah bensin berkapasitas bahan bakar 45 liter mampu melaju dari Jawa Barat menuju Jawa Timur dengan hanya sekali mengisi bahan bakar bensin.
Baca juga: Lexus bawa NX PHEV dan ROV ke Tokyo Auto Salon
ANTARA melakukan pengisian BBM hingga full sebanyak 38,8 liter (kapasitas 45 liter) di SPBU tol Salatiga-Kertosono menjelang exit Kediri-Nganjuk. Konsumsi bahan bakar itu diraih dengan berkendara rata-rata 90-100km/jam secara konstan dengan membawa empat penumpang (dua dewasa, dua anak) menggunakan kombinasi tiga mode berkendara yang beroperasi secara otomatis, atau tidak dipindahkan secara manual oleh pengemudi.
Salah satu keunggulan mobil ini adalah, mesin bensin Outlander PHEV mampu melalukan pengisian baterai secara regeneratif, sehingga dalam waktu tertentu baterai dapat kembali terisi dan berjalan dengan mode EV tanpa meminum konsumsi bensin. Hal itulah yang membuat SUV itu tidak perlu terlalu sering mampir ke SPBU atau SPKLU.
Ketika menuju Batu, Malang, melalui Kediri, mobil itu dapat dengan mudah melintasi berbagai tanjakan berkat dua unit motor listrik (depan dan belakang). Dua motor listrik itu memberi tenaga 164PS, sementara unit mesin bensin menghasilkan tenaga 118 PS.
Saat memerlukan tenaga ekstra untuk mendahuli kendaraan dengan kecepatan dan power yang tinggi, kombinasi keduanya mampu menghasilkan tenaga hingga 200 PS. Hal itu juga memberikan sensasi berkendara yang menyenangkan sekaligus menantang.
Performa saat menjelajah tikungan, tanjakan dan turunan juga ditunjang teknologi S-AWC yang mengontrol Twin Motor 4WD dan AYC secara terintegrasi. S-AWC mengatur distribusi tenaga mesin pada keempat roda Outlander PHEV secara individu, antara depan dan belakang serta kanan dan kiri.
Dengan demikian, pengemudi Outlander PHEV tidak perlu khawatir bermanuver karena setiap roda mobil akan terjaga traksinya.
Baca juga: Bawa Minicab MiEV ke GIIAS, MMKSI pelajari peluang LCV listrik
Mengemudi membawa keluarga semakin aman berkat fitur Reinforced Impact Safety Evolution (RISE) dan Advanced Driver-Assistant System (ADAS) yang terdiri dari tujuh SRS airbag, ASC (Active Stability Control), FCM (Forward Collision Mitigation System) dan BSW (Blind Sport Warning).
Tidak hanya seputar performa, mengemudi bersama keluarga dengan Outlander PHEV juga menyenangkan berkat kabin fungsional, mulai dari bagasi luas, sunroof, berbagai kompartemen penyimpanan barang, hingga soket listrik untuk menunjang keperluan elektrifikasi selama perjalanan, misalnya untuk penghangat air minum atau mengisi daya laptop.
Kombinasi performa dan fitur itu sejalan dengan konsep “Life Adventure” dari MMKSI guna mendukung petualangan banyak orang di Indonesia.
Baca juga: Mitsubishi segarkan Outlander PHEV dengan sistem S-AWC baru
Baca juga: Kia umumkan harga Sorento Hybrid 2022
Baca juga: Kia Niro Hybrid 2022 dibanderol Rp400-an juta
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022