Jakarta, 20/6 (ANTARA) - Industri otomotif dipastikan tidak akan suka jika transportasi massal di Indonesia, khususnya moda Kereta Api (KA) berkembang, kata anggota DPR.

"Sudah pasti mereka (industri otomotif, red) tidak senang jika pemerintah serius mengembangkan angkutan massal, khususnya moda kereta api," kata Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nusyirwan Soejono, di sela peresmian pengoperasian Kereta Rel Diesel Indonesia AC (KRDI AC) "Madiun Jaya Ekspres" di Stasiun KA Madiun, Jawa Timur, Senin.

Penegasan tersebut terkait dengan pernyataan Wamenhub, Bambang Susantono, pada kesempatan yang sama yang akan mengurangi beban angkutan jalan dan mengalihkannya ke moda KA.

Bahkan, Kementerian Perhubungan sudah berniat menganggarkan Rp5 triliun dalam tiga tahun ke depan, khusus untuk penyelesaian jalur ganda Jakarta-Semarang dan Semarang-Surabaya.

Menurut anggota dari FDI Perjuangan Daerah Pemilihan V Jawa Tengah ini, mereka ditengarai gencar melobi para pengambil kebijakan untuk tidak serius membenahi KA.

"Hasilnya politik anggaran pemerintah, tidak berpihak kepada angkutan massal, tetapi lebih suka pada pengembangan jalan, khususnya jalan tol," katanya.

Politisi ini, menyebutkan anggaran  pemerintah untuk BLU jalan tol tahun ini saja Rp3,8 triliun, sedangkan anggaran sektor perkeretaapian tidak sampai Rp4 triliun.

Terkait dengan upaya memindahkan beban jalan ke moda KA, dia mendesak, pemerintah harus menuntaskan persoalan jalur ganda barat-timur Pulau Jawa.

Tidak hanya itu, jalur ganda di lintas selatan Pulau Jawa juga mendesak diselesaikan, ruas KA Bandara Soekarno Hatta dan jalur ganda untuk angkutan batubara di Pulau Sumatera.

"Jalan di Sumatera itu rusak berat per tahun dan menyedot anggaran puluhan triliun per tahunnya karena digunakan untuk angkutan batu bara. Ini kan jelas boros dan tidak efisien," katanya.

Jika pemerintah mengalokasikan anggaran Rp5 triliun dalam tiga tahun ke depan, maka cukup tambahan minimal Rp1 triliun per tahun bagi Ditjen Perkeretaapian.

"Jika ini terjadi, maka dalam lima tahun ke depan, beban jalan akan berkurang secara signifikan dan rakyat akan tahu bahwa ada pilihan terbaik di moda KA yang lebih hemat dan ramah lingkungan," katanya.

Dia menambahkan, saat ini, biaya transportasi masyarakat akibat sudah beratnya beban jalan dan kemacetan di jalan, seperti di Jabotabek, sudah mencapai 20 persen dari total pendapatan per bulannya. "Ini kan miris," katanya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, bertekad akan mengurangi beban jalan dan mengalihkannya ke moda Kereta Api dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut Wamenhub, KA sudah selayaknya sebagai tulang punggung angkutan darat karena beban jalan saat ini sudah pada tahap mengkhawatirkan.

"Saat ini berdasarkan data POLRI, setiap lima menit terjadi kecelakaan dan setiap 15 menit satu nyawa tewas di jalan," katanya.

Sementara itu, jika tingkat kecelakaan KA dan kendaraan pribadi disandingkan, maka moda KA sepertiga lebih rendah dibanding kendaraan pribadi.

Emisi KA juga lebih rendah empat kali lipat dibandingkan di jalan dan tingkat konsumsi BBM-nya enam kali lebih hemat.
(E008/A027)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011