Komisi Eropa pada awal pekan ini memperkenalkan "wilayah transportasi tunggal Eropa" yang akan "membuat perubahan besar dalam pola transportasi orang," pada tahun 2050.
Rencana tersebut juga akan mengakhiri beberapa jenis penerbangan karena 50 persen dari semua perjalanan yang jaraknya lebih dari 186 mil akan diharuskan menggunakan kereta api.
Sasaran utama dari pengurangan emisi itu adalah mencapai angka "nol" untuk jumlah mobil bensin dan diesel i di kota-kota masa depan Uni Eropa.
Siim Kallas, anggota komisi transportasi Uni Eropa, menegaskan bahwa arahan Brussels dan pajak baru untuk bahan bakar ditujukan "memaksa orang" pindah dari kendaraan pribadi ke transportasi "alternatif".
"Artinya tidak akan ada lagi mobil berbahan bakar konvensional di pusat-pusat kota," katanya.
Asosiasi Supir Inggris (BDA) menolak usulan pelarangan kendaraan itu dengan alasan akan menimbulkan bencana ekonomi dan pembatasan yang "sinting" terhadap mobilitas.
"Saya menyarankan agar ia pergi ke rumah sakit jiwa setempat," kata Hugh Bladon, juru bicara BDA.
"Jika dia ingin membawa kita ke zaman kegelapan baru, arahnya sudah benar. Tapi, bukankah kita harus terus membuat semua hal bergerak? Orang itu tidak waras.."
Mr Kallas membantah bahwa rencana Uni Eropa untuk mengurangi penggunaan mobil hingga 50 persen dalam 20 tahun ke depan, sebelum larangan total pada tahun 2050, akan membatasi mobilitas pribadi atau mengurangi daya saing perekonomian Eropa.
"Kita dapat mematahkan ketergantungan sistem transportasi pada minyak tanpa mengorbankan efisiensi dan mengurangi mobilitas. Hal ini bisa dicapai dengan win-win," tegasnya.
Christopher Monckton, juru bicara suatu perkumpulan transportasi mengatakan: "Uni Eropa pastinya sedang ada dalam realitas alternatif, mereka merasa bisa menghabiskan triliunan pound serta melarang orang menggunakan kendaraannya."
(ANT/A038)
Penerjemah: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Copyright © ANTARA 2011