Pelaksana tugas Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA menekankan perguruan tinggi berperan penting dalam transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di Indonesia.
"Perguruan tinggi bertanggung jawab untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang relevan guna mendukung transisi menuju energi bersih," kata Dedi dalam seminar "100 Tahun Industri Otomotif Indonesia: Wujudkan Indonesia Net Zero Emission" yang digelar di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Peran kampus sebagai pusat pengembangan pengetahuan sangat krusial dalam konteks isu keberlanjutan lingkungan. Menurut dia, institusi pendidikan tinggi turut berinovasi dalam energi terbarukan, teknologi penyimpanan energi, efisiensi energi, dan pengurangan emisi dari transportasi melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
Baca juga: Menteri ESDM tegaskan komitmen Indonesia capai nol emisi karbon
Melalui lembaga-lembaga yang dimiliki, kampus bisa berperan aktif menghasilkan riset berkualitas tinggi yang mendukung kebijakan berbasis bukti. Rekomendasi berbasis bukti dari riset berfungsi untuk mendukung pembuatan kebijakan yang berkelanjutan.
"Tidak hanya berhenti pada publikasi akademis, tetapi harus diorientasikan untuk diaplikasikan di sektor industri dan pendidikan publik. Ini sebagai bagian dari model triple helix yang melibatkan akademisi, industri, dan pemerintah," ujar Dedi.
Kolaborasi kampus dengan seluruh pemangku kepentingan pun tidak kalah penting. Industri berperan dalam memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan oleh kampus dapat diadopsi dan diimplementasikan secara luas.
Menurut Dedi, investasi dalam pengembangan infrastruktur energi dan transportasi ramah lingkungan dapat dipimpin oleh sektor swasta. Dengan mengadopsi teknologi kendaraan listrik dan energi terbarukan, maka industri dapat mempercepat transisi menuju emisi karbon yang lebih rendah.
Pemerintah berperan dalam menciptakan kebijakan yang mendukung. Sebab, regulasi dan insentif yang progresif, seperti kebijakan tarif untuk energi terbarukan dan pajak karbon, sangat diperlukan untuk mempercepat transformasi energi.
Pengembangan infrastruktur kendaraan listrik seperti stasiun pengisian daya, insentif bagi produsen dan konsumen juga dinilai dapat mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan. Selain itu, kebijakan yang mendukung pengembangan transportasi massal berbasis energi bersih yang dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi yang berbahan bakar fosil juga bersifat penting.
Baca juga: Mencetak teknisi andal kendaraan listrik dari sekolah vokasi
Baca juga: Kendaraan listrik dalam transformasi ekonomi
Baca juga: Perpanjangan insentif EV bakal diputuskan pemerintahan Prabowo
"Perguruan tinggi bertanggung jawab untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang relevan guna mendukung transisi menuju energi bersih," kata Dedi dalam seminar "100 Tahun Industri Otomotif Indonesia: Wujudkan Indonesia Net Zero Emission" yang digelar di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Peran kampus sebagai pusat pengembangan pengetahuan sangat krusial dalam konteks isu keberlanjutan lingkungan. Menurut dia, institusi pendidikan tinggi turut berinovasi dalam energi terbarukan, teknologi penyimpanan energi, efisiensi energi, dan pengurangan emisi dari transportasi melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
Baca juga: Menteri ESDM tegaskan komitmen Indonesia capai nol emisi karbon
Melalui lembaga-lembaga yang dimiliki, kampus bisa berperan aktif menghasilkan riset berkualitas tinggi yang mendukung kebijakan berbasis bukti. Rekomendasi berbasis bukti dari riset berfungsi untuk mendukung pembuatan kebijakan yang berkelanjutan.
"Tidak hanya berhenti pada publikasi akademis, tetapi harus diorientasikan untuk diaplikasikan di sektor industri dan pendidikan publik. Ini sebagai bagian dari model triple helix yang melibatkan akademisi, industri, dan pemerintah," ujar Dedi.
Kolaborasi kampus dengan seluruh pemangku kepentingan pun tidak kalah penting. Industri berperan dalam memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan oleh kampus dapat diadopsi dan diimplementasikan secara luas.
Menurut Dedi, investasi dalam pengembangan infrastruktur energi dan transportasi ramah lingkungan dapat dipimpin oleh sektor swasta. Dengan mengadopsi teknologi kendaraan listrik dan energi terbarukan, maka industri dapat mempercepat transisi menuju emisi karbon yang lebih rendah.
Pemerintah berperan dalam menciptakan kebijakan yang mendukung. Sebab, regulasi dan insentif yang progresif, seperti kebijakan tarif untuk energi terbarukan dan pajak karbon, sangat diperlukan untuk mempercepat transformasi energi.
Pengembangan infrastruktur kendaraan listrik seperti stasiun pengisian daya, insentif bagi produsen dan konsumen juga dinilai dapat mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan. Selain itu, kebijakan yang mendukung pengembangan transportasi massal berbasis energi bersih yang dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi yang berbahan bakar fosil juga bersifat penting.
Baca juga: Mencetak teknisi andal kendaraan listrik dari sekolah vokasi
Baca juga: Kendaraan listrik dalam transformasi ekonomi
Baca juga: Perpanjangan insentif EV bakal diputuskan pemerintahan Prabowo
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024