Jakarta (ANTARA) - Topik mengenai perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon (CO2) beberapa tahun belakangan ini kian nyaring disuarakan oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat, industri, dan pemangku kepentingan termasuk pemerintah di banyak negara di dunia.

Baca juga: Pengamat ungkap tantangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia

Dalam laporan Global Carbon Project, total emisi CO2 global untuk keseluruhan 2021 diperkirakan mencapai 36,4 miliar ton. Angka ini meningkat 4,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Industri otomotif merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan emisi karbon yang cukup tinggi. Jika dirinci dari penggunaan, kendaraan bermotor berbahan bakar fosil adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK).

Tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang tinggi merupakan salah satu penyebab kepadatan GRK di atmosfer bumi. Pada tahun 2009, menurut perhitungan World Wide Fund, sektor transportasi menyumbang sekitar seperempat dari total GRK di atmosfer bumi.

Mengingat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil untuk sektor transportasi yang berlangsung lama, rasanya diperlukan satu upaya yang seragam dan beriringan dari para pemangku kepentingan terkait di dalamnya. Salah satu opsi yang cukup dipertimbangkan dengan serius oleh dunia adalah peralihan menuju energi terbarukan dan ramah lingkungan dalam sektor otomotif, termasuk di dalamnya adalah elektrifikasi.

Baca juga: Uji terbang EHang 216 jadi sejarah untuk Indonesia

Sebanyak 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa kini sedang mempersiapkan rencana penghapusan kendaraan dengan mesin pembakaran internal (ICE) di tahun 2035 hingga 2040. Pun dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat hingga China yang kian kompetitif dalam menciptakan regulasi dan teknologi terbaik untuk percepatan transisi daya ini.

Di Indonesia, pemerintah telah meratifikasi Perjanjian Paris pada 2016 yang menegaskan komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Melalui NDC, pemerintah menargetkan untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri, dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.

Selain itu, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi mengatakan Indonesia memiliki target net emisi nol pada tahun 2060. Perjalanan yang mungkin terdengar masih cukup jauh digapai, namun waktu terus berlalu tanpa terasa.

Baca juga: Terus berkembang, kendaraan listrik akan jadi yang terbaik di masa depan

Transisi energi tak lepas dari regulasi

Percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik pun rasanya makin penting dilakukan sebagai upaya untuk melawan perubahan iklim, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Perpres ini merupakan payung hukum utama dari kendaraan listrik di Tanah Air.

Ada pula Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), yang kemudian diubah menjadi PP Nomor 74 Tahun 2021.

Peraturan itu mengatakan bahwa PPnBM tidak lagi dihitung berdasarkan jenis dan kapasitas mesin mobil, namun berdasarkan emisi dan konsumsi bahan bakar. Sehingga, tarif PPnBM 0 persen berlaku bagi kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi baterai atau listrik.

Baca juga: Hadapi perubahan iklim, BUMN ini gelar sosialisasi asuransi kendaraan listrik

Regulasi pun tak hanya keluar dari presiden, namun juga kementerian terkait. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Ada juga Permenperin Nomor 28 Tahun 2020 tentang Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Dalam Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap.

Tak hanya itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Berbasis Baterai (SPKLU).

"Peraturan-peraturan tersebut mengatur banyak hal mulai dari kebijakan secara umum, insentif, hingga pengembangan industri Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) termasuk di dalamnya soal teknologi dan komponen lokal (TKDN) kendaraan," kata Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, baru-baru ini.

Baca juga: Chery berencana investasi 1 miliar dolar AS di Indonesia

Kesiapan industri dan masyarakat

Upaya dan kesadaran untuk beralih ke energi yang lebih ramah kepada Bumi bukan hanya milik pemerintah sendiri. Industri dan masyarakat juga memiliki porsi tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kemampuannya.

Di sektor industri, pengenalan teknologi dan kendaraan berbasis listrik juga mulai gencar dilakukan. Pada penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022, bisa dibilang hampir semua merek memboyong kendaraan elektrifikasi andalannya masing-masing, yang dinilai cocok dengan kondisi infrastruktur ekosistem EV di Indonesia kini hingga beberapa waktu ke depan.

Para agen pemegang merek (APM) otomotif di Indonesia pun juga melakukan sinergi dengan regulator demi membangun ekosistem kendaraan listrik di Bumi Nusantara dengan baik dan berkelanjutan.

Baca juga: PLN siap "all out" dukung penjualan kendaraan listrik di Indonesia

Ada Mitsubishi Motors, Nissan, FUSO, Isuzu dan Toyota yang tergabung dalam EV Smart Mobility–Joint Project, yang mengoperasikan proyek percontohan ekosistem EV di Bali dengan melibatkan berbagai jenis kendaraan mulai dari segmen kendaraan penumpang hingga segmen kendaraan komersial.

Terdapat pula Wuling Motors yang merakit mobil listriknya, Wuling Air ev, di pabriknya yang terletak di Cikarang, Jawa Barat. Selain itu, ada sejumlah APM lainnya dari berbagai negara yang aktif melakukan kerja sama pengembangan ekosistem EV di Indonesia dengan regulator terkait seperti PLN.

Sementara, untuk kalangan masyarakat, penting juga untuk diberikan edukasi soal manfaat hingga penghematan yang bisa didapatkan saat bertransisi ke kendaraan listrik.

Di GIIAS 2022, pengunjung bisa mendapatkan pendampingan dari para ahli kendaraan listrik, dari masing-masing APM yang akan memberikan berbagai informasi dan edukasi tentang kelebihan dari kendaraan listrik, hingga pengalaman berkendara yang benar.

Menyambut masa depan

Dengan berbagai persiapan yang dilakukan banyak kalangan, pastinya menumbuhkan sepercik optimisme untuk mewujudkan ekosistem transportasi yang mampu menjaga umur Bumi lebih lama lagi.

Seperti layaknya tanah yang kita pijak, perjalanan panjang ini mungkin tak akan selalu mulus, bahkan membutuhkan waktu, komitmen, dan kesabaran demi mencapai tujuan akhir yang indah.

Dan perjalanan itu akan semakin bermakna jika kita dapat menjalaninya bersama-sama, bukan?


Baca juga: PLN ajak masyarakat jajal kendaraan listrik secara gratis

Baca juga: Bahlil sebut VW akan investasi di Indonesia tahun ini

Baca juga: BRIN: IEMS 2022 dukung perkembangan kendaraan listrik di Indonesia
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022