Jakarta (ANTARA News) - Pemilik mobil klasik  biasanya tidak  menggunakan koleksinya  untuk transportasi harian karena perawatan yang tidak mudah.

"Biasanya pemilik mobil klasik tidak akan menggunakan mobilnya untuk digunakan harian," Kata kolektor Mercedes Benz antik, Roy Suryo di OICC Show 2010 di Expo Center Balai Kartini.

Roy yang  anggota DPR RI  dan anggota PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia ) mengemukakan nilai dan kondisi mobil klasik  harus dijaga. Hal itu sulit jika kendaraan digunakan untuk sehari-hari. "Biaya perawatan mobil klasik juga berbeda-beda dan tidak mudah," katanya.

Dia  mengungkapkan bahwa persoalan emisi juga menjadi perhitungan bagi pemilik mobil klasik.  Menurut Roy, mobil kuno banyak yang masih membutuhkan bahan bakar yang mengandung timbal dan kini mereka terpaksa mencampurkan bahan kimia tertentu ke dalam bahan bakar agar bisa melumasi layaknya timbal agar mesin tetap terjaga.  

Menurut dia konsumsi BBM mobil tua itu rata rata perbandingannya adalah 1:5 ,1:6,  hingga 1:7.

Persoalan pengenaan pajak progresif dan pembatasan usia kendaraan dinilainya cenderung membuat orang untuk berbuat curang, yaitu dengan menggunakan nama orang lain seperti istri, anak dan cara-cara lain untuk menghindar.

"Saya penentang keras pembatasan usia kendaraan, seharusnya semakin tua semakin turun pajaknya," ujarnya.

Soal mengkoleksi Mercedes Benz, Roy mengatakan dia menyukai jenis-jenis kendaraan merk tersebut.

Ketika disinggung berapa koleksi mobil kuno yang ia miliki sekarang,  ia enggan menyebutkan dan hanya mengatakan bahwa setiap bulan dirinya sering membayar pajak 7 hingga 8 unit dari oleksinya yang semua tersimpan di Yogyakarta.

Tapi, Roy bukan cuma melek mobil kuno. Dia mengaku bahwa ia sangat ingin memiliki mobil hybrid begitu juga dengan mobil listrik.

"Orang yang menggunakan mobil hybrid dan listrik itu adalah orang yang cinta terhadap lingkungan dan dari sisi teknologi  sangat efisien dan ramah lingkungan," katanya. Namun soal infrastruktur pendukung, ia menilai  masih diperlukan waktu.
(yud/A038/BRT)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010