"Toyota akan membuat sekitar 800.000 kendaraan, termasuk crossover SUV RAV4 dan Camry di pabrik di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko mulai April hingga akhir Oktober," kata perwakilan perusahaan dikutip Reuters, Selasa.
Penurunan produksi Toyota juga menyoroti "kesulitan" produsen mobil di seluruh dunia sebagai dampak virus corona. Selain permintaan yang lemah, masalah pengadaan dan langkah "jaga jarak sosial" juga memberi dampak negatif bagi pabrikan.
Baca juga: Seat belt bermasalah, TAM harus tarik Toyota Alphard dan Vellfire
Baca juga: Daftar mobil baru harga di bawah Rp150 jutaan
Toyota secara bertahap memulai kembali produksi di tujuh pabrik Amerika Utara, dimulai pada Senin (11/5) waktu setempat.
Melalui sumber itu, Toyota mengatakan berencana mempertahankan produksi pada Mei di bawah 10 persen dari angka tahun lalu, setelah pada April mereka tidak berproduksi karena penutupan pabrik.
Amerika Utara adalah pusat produksi utama bagi Toyota dan Amerika Serikat. Mereka menyumbang 14 persen dari produksi global pada tahun 2019, menjadikannya pusat produksi Toyota terbesar ketiga setelah Jepang dan China.
Baca juga: Denso pangkas produksi global hingga 50 persen
Baca juga: Terlalu berisiko, VW dan Toyota tunda lagi operasional pabrik AS
Baca juga: Toyota mulai lanjutkan produksi di Amerika pada Mei
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020