Kendaraan yang akan dipamerkan maupun diperjualbelikan dalam festival tersebut kurang lebih 100 unit mobil klasik dan 100-150 motor retro maupun modifikasi.
"Kurang lebih ada 100 untuk mobil dan 100-150 untuk motor dengan berbagai merek dan jenis. Mulai dari keluaran Jepang, Eropa, Amerika dengan jenis retro klasik dan lebih banyak yang masa peralihan tahun 80-90an," kata Agus Gusno dari Pasar Jongkok pada konferensi pers di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu.
Selain menjual kendaraan, Agus menilai saat ini budaya otomotif sudah menyebar ke usaha rintisan lain, seperti helm custom, pakaian, kopi, barbershop, dan lainnya.
"Jadi nanti bukan cuma mobil atau motor juga. Sekarang kulturnya juga menyebar ke clothing, kopi, barbershop. Lambat laun (komunitas Parjo) bisa jadi fasilitator dan wadah agar usaha lainnya itu dikenal," kata dia.
Kendati acara I See Fest dilangsungkan selama 10 hari, acara bagi komunitas otomotif akan hadir selama tiga hari saja 27 sampai 29 September.
"Kesanggupan kita memang tiga hari, karena rata-rata yang jual adalah kolektor dan pemilik mobil. Dan untuk yang benar-benar penjual, mereka harus meninggalkan toko selama 10 hari lebih, itu juga tidak memungkinkan," jelas Agus.
Baca juga: I See Fest 2019 targetkan 100 ribu pengunjung di GBK
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019