Seoul (ANTARA News) - Pabrikan mobil Korea Selatan, Hyundai, ternyata masih penasaran untuk menjajaki peluang bisnis otomotif di Korea Utara.

Pada 2003, beberapa bulan sebelum Hyundai membuka kompleks industri di Korea Utara, pimpinan di balik proyek itu ditemukan bunuh diri di tengah-tengah tuduhan bahwa perusahaan melakukan pembayaran rahasia 500 juta dolar AS ke Korea Utara, dilansir Reuters, Sabtu (3/11).

Lima tahun kemudian, sebuah kompleks yang dikelola Hyundai di Korea Utara ditutup setelah seorang tentara Korea Utara menembak turis asal Korea Selatan.

Kedua proyek itu telah lama ditutup, melambangkan betapa susahnya bagi perusahaan Korea Selatan untuk memulai roda bisnis di balik tembok pembatas antara kedua negara bersaudara itu.

Namun, diperkuat cairnya hubungan di semenanjung Korea dan iming-iming tenaga kerja terjangkau dan banyak daerah yang belum tersentuh pembangunan, Hyundai menyatakan akan kembali menjajaki bisnis ke Korea Utara.

Eksekutif dan investor Hyundai, didorong perjanjian Seoul dan Pyongyang, ingin membuka kembali kompleks industri Kaesong dan Kumgang, sebagai bagian dari pemanasan dalam hubungan kedua negara.

Mereka meyakini Hyundai akan memperoleh manfaat atas upaya perdamaian di semenanjung Korea.

"Kami menginvestasikan dalam jumlah banyak untuk waktu yang lama, dan memiliki jaringan dan hak bisnis yang kuat dan luas di sana," kata Baek Cheon-ho, eksekutif senior Hyundai Asan, anak perusahaan yang mengelola Kaesong dan Kumgang.

Baca juga: Hyundai luncurkan model i30 N Line di Korea Selatan

"Menggabungkan semua itu, Hyundai akan menjadi lebih baik di Korea Utara," katanya.

Perusahaan Korea Selatan yang berusaha memenuhi upah tenaga kerja yang tinggi, bisa melirik Korea Utara karena standar upah lebih murah, serta potensi pertumbuhan besar yang tidak boleh dilewatkan, kata Baek dan beberapa eksekutif kepada Reuters.

Sebagai informasi, Chung Ju-yung pendiri Hyundai merupakan pria kelahiran Tongchon, Korea Utara. Maka upaya perusahaan melebarkan sayap ke negara tetangga itu bukanlah sekadar bisnis, namun juga merangkai kembali sejarah perusahaan.

"Kami melakukan ini tidak hanya untuk Hyundai, tetapi untuk kebaikan yang lebih besar dari semua perusahaan Korea Selatan," kata Baek.

"Jika kami memulai kembali bisnis di Korea Utara, akan ada banyak pekerjaan baru untuk kami, juga untuk sejumlah perusahaan lain yang bekerja dengan kami," ujar dia.

Baca juga: Hyundai Kia petenkan A-pillar display atasi blind spot
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018