Frankfurt am Main, Jerman (ANTARA News) - Produsen mobil asal Jerman Daimler pada Selasa (7/8) mengatakan bahwa pihaknya menghentikan aktivitas bisnisnya di Iran setelah Amerika Serikat (AS) kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran.

"Kami telah menangguhkan kegiatan kami -- yang sudah terbatas -- di Iran, sesuai dengan sanksi yang berlaku," kata seorang juru bicara dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke AFP, sambil menambahkan bahwa Daimler memantau perkembangan politik.

Langkah itu secara tiba-tiba mengakhiri rencana ekspansi Daimler di Iran, tempat mereka bekerja sama dengan dua perusahaan lokal untuk merakit truk-truk Mercedes-Benz.

Langkah tersebut muncul sebagai putaran pertama sanksi AS yang diperbarui terhadap Iran mulai berlaku, setelah Presiden Donald Trump secara sepihak mundur dari kesepakatan nuklir 2015 Iran.

Sanksi pertama menargetkan akses ke uang kertas AS dan industri utama seperti mobil dan karpet.

Tahap kedua sanksi terhadap Iran mulai diberlakukan pada 5 November diperkirakan akan lebih keras, meliputi sektor minyak Iran yang vital.

Baca juga: Daimler perkenalkan dua truk listrik untuk saingi Tesla

Baca juga: Bos Daimler akan temui Menteri Transportasi Jerman bahas emisi diesel

Baca juga: Otoritas transportasi Jerman minta Daimler "recall" Mercy model van diesel

Baca juga: Daimler, Audi, Volvo adopsi teknologi kecerdasan buatan Alibaba Labs

Baca juga: Daimler naikkan produksi Mercedes-Benz menjadi 3 juta unit per tahun
Penerjemah: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018