Jakarta (ANTARA News) - PT Kia Mobil Indonesia (KMI) masih "pikir-pikir" untuk memasukkan Kia Picanto facelift ke pasar city car di Indonesia.

Salah satu pertimbangan KMI sebelum memasukkan mobil mungil asal Korea Selatan itu ke Tanah Air adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai di atas Rp 14ribu.

Menurut General Manager Sales and Network Development PT KMI, Theodorus Prawirodihardjo, kurs rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh terhadap harga jual Kia Picanto di Indonesia karena diimpor secara utuh (completely built-up/CBU) dari Korea Selatan.

Jika harga jualnya terlampau tinggi, maka Picanto akan sulit bersaing dengan city car pabrikan Jepang yang sudah dirakit lokal di Indonesia.

"Kami masih studi karena terus terang, dengan kondisi Picanto yang ada sekarang ini, maka kembali lagi kepada kurs dolar," kata Theodorus Prawirodihardjo kepada wartawan pada peluncuran Kia Grand Sedona Diesel di Pantai Mutiara, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kia Grand Sedona Diesel resmi mengaspal, berapa harganya?

Ia menambahkan, "Jadi masih studi untuk harga (Picanto) karena sekarang kami sangat terpengaruh oleh dolar."

Kia sempat menikmati kejayaan penjualan Picanto di Indonesia, sebelum segmen city car semakin ramai dengan hadirnya Honda Brio dan pemain lainnya.

Kendati tersedia dalam pilihan 1.000cc dan 1.200 cc, namun Picanto semakin sulit bersaing setelah ragam produk mobil low cost green car (LCGC) masuk ke pasaran.

Penjualan partai besar pabrik ke diler (wholesales) Kia Picanto sepanjang 2017 hanya 111 unit. Pada semester pertama 2018, city car itu bahkan tidak mencatatkan penjualan, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Baca juga: Alasan Kia bertahan tidak naikkan harga mobil

Baca juga: Beda segmen konsumen dengan diesel, Kia tetap jual Sedona bensin
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018