"Awalnya semua kami kerjakan sendiri di Cimahi. Dengan kerja sendiri satu tahun hanya produksi satu unit. Lalu kami training UKM di Bandung, Cimahi, Purwakarta, Bekasi, Bogor, Jakarta, sampai Surabaya dan Medan, akhirnya kami bisa di-support 42 UKM," kata kreator Fin Komodo Ibnu Susilo di Jakarta, Selasa.
Ibnu mengatakan ke-42 UKM tersebut sebagai rantai pasokan dalam produksi kendaraan roda empat "off road" asal Cimahi itu.
Dengan bertambahnya jumlah dukungan, waktu produksi Fin Komodo pun meningkat pesat dari yang sebelumnya satu tahun memproduksi satu unit menjadi setiap tiga hari memproduksi satu unit kendaraan "off road".
"Setahun sekarang produksi 100 sampai 120 unit," kata Ibnu.
Dia mengemukakan saat ini produk Fin Komodo sudah dipasarkan di berbagai daerah Indonesia untuk kepentingan industri pertambangan, pengeboran, bahkan sebagai alat transportasi taktis TNI/Polri.
"Pemasaran paling jauh itu Manado, di timur di Merauke. Ke luar negeri paling jauh ke Afrika digunakan untuk survei geologi, di ASEAN baru sampai Malaysia," kata Ibnu.
Ibnu mengatakan Fin Komodo yang mulai dirancangnya pada 2005 tersebut memiliki keunggulan bentuknya yang kecil dan ringan karena menggunakan teknologi kulit pesawat terbang, namun bisa digunakan untuk melintasi medan noninfrastruktur yang sangat ekstrem.
Harga mulai dari paling murah Rp88 juta FOB (free on board) Cimahi, kata Ibnu yang merupakan salah satu perancang pesawat N-250 karya BJ Habibie.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017