PSA, yang merupakan perusahaan induk Peugeot, Citroen, dan DS Prancis, membenarkan pihaknya tertarik untuk mengambil alih Opel, unit perusahaan General Motors dari Amerika Serikat, di Jerman.
Namun, rencana itu memicu kekhawatiran di Jerman bahwa Peugeot akan memangkas tenaga kerja yang tumpang tindih dengan beberapa posisi di Prancis.
Surat kabar Jerman, Bild am Sonntag, melaporkan, Olivier Bourges, yang menduduki jabatan di komite eksekutif PSA, meyakinkan sejumlah pejabat tinggi di Jerman dalam pertemuannya di kantor Kanselir Angela Merkel pada Kamis bahwa kontrak yang sudah ada akan tetap dipertahankan.
Mereka menetapkan bahwa pemutusan hubungan kerja di angkatan kerja Opel Jerman akan dikesampingkan sampai akhir 2018 dan janji investasi untuk empat pabrik Jerman akan tetap dipertahankan sampai sedikitnya 2020.
Laporan Bild am Sonntag tersebut tidak mengutip sumber mereka.
"Peugeot ingin memastikan pengambil alihan tersebut tidak dilakukan secara paksa," ungkap perwakilan pekerja yang tak disebutkan namanya kepada surat kabar itu.
Didirikan pada tahun 1862 sebagai pembuat mesin jahit, Opel, dengan lambang petir, telah lama menjadi pemandangan biasa di jalan-jalan Jerman dan Eropa.
Tapi dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah mengalami kerugian berulang, hitungan berdasarkan Detroit GM sebesar 15 milyar dolar AS (14 miliar euro) sejak 2000.
Opel menjual lebih banyak mobil di Inggris, di bawah merek Vauxhall-nya, daripada di negara Eropa lainnya.
Perusahaan mengalami penurunan tajam dalam pound sejak Inggris keluar dari Uni Eropa Juni lalu, yang menenggelamkan harapan Opel untuk kembali ke profitabilitas pada tahun 2016, dan akhirnya harus menelan kerugian 257.000.000 dolar Amerika Serikat.
Pada akhir 2015, mereka memiliki 35.600 karyawan, termasuk sekitar 18.250 orang di Jerman.
Opel memiliki sekitar 10 pabrik di Eropa yang tersebar di enam negara. Di Inggris, Opel menjual kendaraan dengan merek Vauxhall.
Penerjemah: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
Copyright © ANTARA 2017