Jakarta (ANTARA News) - Lembaga konsultan bisnis Frost & Sullivan memprediksi pasar otomotif Indonesia akan melemah 4,3 persen tahun ini yang terutama disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sedang melamban.

Wakil Presiden Praktik Otomotif dan Transportasi Frost & Sullivan Asia Pasifik, Vivek Vaidya, mengatakan pasar komoditas yang dilanda depresi, pelemahan harga dan depresiasi nilai tukar rupiah yang berkelanjutan merupakan faktor-faktor mendorong turunnya penjualan produk otomotif di Indonesia.

"Berdasarkan penghitungan dan analisis kami, pada tahun 2016 diperkirakan pasar otomotif di Indonesia turun sekira 4,3 persen menjadi sekira 969.100 unit secara keseluruhan," kata Vaidya dalam acara Outlook Automotive 2016 di Jakarta, Rabu.

Menurut Vaidya, kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Federal AS yang diberlakukan mulai November 2015 dan situasi perlambatan perekonomian Tiongkok juga diperkirakan akan kian menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Dampaknya, biaya yang dikeluarkan para agen pemegang merek kendaraan bermotor di Indonesia untuk impor suku cadang dan komponen serta mobil-mobil completely built-up (CBU) juga kian mahal.

"Ini bisa menyebabkan kenaikan harga jual berbagai model mobil. Mobil-mobil CBU terutama mobil mewah akan menjadi lebih mahal. Mobil LCGC adalah satu-satunya yang terkena dampak paling kecil, karena tingginya tingkat kandungan lokal," ujarnya.

Meski demikian, diakui Vaidya bahwa proyeksi tersebut adalah perkiaraan dengan kondisi yang paling realistis.

Pihaknya memperkirakan skenario terbaik bagi pasar otomotif di Indonesia adalah apabila perekonomian bisa tumbuh di atas 6 persen pada 2016. Dengan demikian pasar otomotif bisa mengalami sedikit kenaikan di kisaran 0,2 persen.
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016