"Mazda tidak memfokuskan atau mengkotak-kotakkan berdasarkan umur karena konsumen sangat beragam," kata Astrid Ariani Wijana setelah menutup acara Test Drive 24 jam All New Mazda2 di Jakarta, Kamis (5/2).
Astrid menjelaskan untuk merebut hati konsumen Mazda lebih memilih pendekatan psikologis dan filosofis seperti keterlekatan gaya hidup konsumen dengan merk mobil.
"Kami melihat psikologi konsumen, misalnya keterlekatan konsumen dengan brand kami. Harapannya dengan menggaet konsumen yang memiliki filosofi sama dengan kami, maka mereka bisa mencintai Mazda," kata Manajer Marketing Senior tersebut.
Astrid mengatakan keterlekatan antara kendaraan dengan konsumen bisa dicontohkan di produk All New Mazda2 yang mengusung konsep menyatukan pengendara dengan mobil layaknya kuda dengan penunggangnya.
Kendati All New Mazda2 merupakan sedan kompak, namum Mazda menyediakan macam-macam fitur kenyamanan, hiburan dan keamanan sehingga konsumen merasa puas dan akan terus mempercayai merk otomotif tersebut.
"Kami mematahkan stigma bahwa mobil kecil cenderung minim fitur. Mobil kompak bukan berarti minim fitur, tapi tetap harus aman dan nyaman untuk konsumennya," kata Astrid.
Astrid menilai pendekatan tersebut cukup sukses karena sejak diluncurkan akhir 2014, All New Mazda2 pada Januari 2015 sudah dipesan sebanyak 2.000 unit padahal target penjualannya 400 unit per bulan.
Penjualan tersebut menjadi bukti bahwa membidik pasar tidak selalu berdasarkan kategori umur melainkan menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan inovasi yang selalu terdepan.
"Walaupun All New Mazda2 jenis sedan kecil tapi menjadi yang pertama punya fitur MZD Connect dan Idle Stop yang tersedia hingga di kelas terendah," tutup Astrid.
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015