Jakarta (ANTARA) - Hyundai Motor Group memulai langkah awal ekspansi bisnisnya ke dalam sektor Advanced Air Mobility (AAM) di Indonesia dengan melakukan proof of concept (PoC) untuk Mobilitas Terintegrasi Darat-Udara di Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin.

AAM merupakan konsep transportasi udara yang menggabungkan teknologi penerbangan baru untuk menyediakan layanan transportasi yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan, sementara PoC adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk membuktikan atau menguji potensi dan kelayakan suatu ide atau konsep sebelum diimplementasikan secara penuh.

"Pengembangan pasar AAM memerlukan lebih dari sekadar inovasi pesawat. Upaya ini menuntut kolaborasi seluruh industri penerbangan,” ujar AAM Business Development Officer Hyundai Motor Group AAM Division Cheolung Kim melalui rilis pers, Senin.

Demonstrasi yang turut dihadiri Kementerian Perhubungan, Otoritas Ibu Kota Nusantara, dan pejabat pemerintah itu menyoroti potensi AAM dalam membentuk masa depan mobilitas, terutama di ibu kota baru di Kalimantan Timur, yang digambarkan sebagai kota ramah lingkungan masa depan.

Baca juga: Hyundai dan Uber sepakat kembangkan taksi udara dengan pesawat kecil

Baca juga: Hyundai rencanakan investasi Rp800 triliun untuk EV


Melalui PoC ini, Hyundai Motor Group memperkenalkan solusi mobilitas komprehensif yang mengintegrasikan platform Mobility-as-a-Service (MaaS), yang dirancang khusus untuk pasar Indonesia, bersama dengan kendaraan listrik dan AAM ramah lingkungan.

Grup ini juga memamerkan pengalaman pemesanan dan pembayaran terintegrasi untuk layanan mobilitas darat-udara, termasuk AAM, dengan menggunakan Shucle, platform layanan mobilitas yang responsif terhadap permintaan.

Hyundai Motor Group juga berhasil menyelesaikan penerbangan perdana di luar negeri dari Optionally Piloted Personal Air Vehicle (OPPAV), sebuah demonstrator teknologi AAM yang dikembangkan bersama Korea Aerospace Research Institute.

Grup ini memimpin pengembangan powertrain listrik pesawat tersebut, memanfaatkan keahlian elektrifikasi dalam sektor otomotif. Menegaskan komitmennya terhadap keselamatan, perusahaan menggunakan teknologi Distributed Electric Propulsion, yang secara independen menggerakkan beberapa motor dan baterai.

Hyundai Motor Group juga memamerkan S-A2, generasi terbaru dari pesawat AAM, serta menjabarkan visinya untuk AAM di Indonesia. Selama acara tersebut Kim juga memperkenalkan layanan mobilitas Group's Ground-Air Integrated serta konsep desain dan fitur utama S-A2.

Pertama kali diperkenalkan di Consumer Electronics Show (CES) 2024, pameran teknologi terkemuka di dunia, di Las Vegas, Amerika Serikat (AS), S-A2 mengikuti konsep visioner awal perusahaan, S-A1, yang debut di CES 2020.

Hyundai Motor Group menyatakan akan terus memajukan pengembangan S-A2, dengan tujuan mencapai komersialisasi pada tahun 2028.

"Hyundai Motor Group dan Supernal akan terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk mengkomersialkan AAM pada tahun 2028. Kami juga akan mempertahankan kemitraan strategis dengan pemerintah dan institusi Indonesia untuk memimpin ekosistem AAM masa depan," kata Kim.

Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan pemain kunci di Asia Tenggara, merupakan pasar penerbangan terbesar di kawasan ini dengan lebih dari 17 ribu pulau.

Selain itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk aplikasi AAM di masa depan. Menyadari potensi pertumbuhan yang luar biasa, Hyundai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Perhubungan Indonesia dan Otorita Ibu Kota Nusantara pada tahun 2022 untuk berkolaborasi dalam pengembangan solusi mobilitas masa depan.

Baca juga: Hyundai Motor janji akan investasi Rp17 triliun di Brazil pada 2032

Baca juga: Hyundai akan investasi Rp1,2 kuadriliun pada 2032 untuk pertumbuhan EV

Baca juga: Hyundai Mobis investasi Rp119 triliun untuk mobilitas masa depan

 

Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024