Jakarta (ANTARA) - Adinda Ratna Riana (32) sangat antusias karena tahun ini dia akan segera memiliki mobil listrik pertamanya, dan Wuling Cloud EV buatan China yang memiliki empat tempat duduk menjadi pilihannya.

Dia berharap dapat meningkatkan efisiensinya dengan beralih ke kendaraan listrik dan mengucapkan selamat tinggal kepada mobil bertenaga bahan bakar miliknya, yang menurutnya "boros bensin." Dua faktor yang membuatnya memilih kendaraan listrik (electric vehicle/EV) China adalah harga dan desainnya yang menarik.

"EV China sangat menarik dari segi desain dan warna. Cloud EV yang akan saya beli berukuran relatif kecil, cocok untuk orang yang sudah menikah dan belum punya anak seperti saya. Kalaupun nanti saya punya anak, mobil ini akan tetap sesuai untuk kami," kata wanita pemilik bisnis pakaian di Tangerang, Provinsi Banten, ini.

"Selain itu, menurut saya EV China menawarkan harga yang kompetitif dan terjangkau bagi kelas menengah," katanya kepada Xinhua pada Sabtu (25/5).
 
Satu unit mobil listrik China merek OMODA E5 dipamerkan saat acara peluncuran di Jakarta. pada 5 Februari 2024 (Xinhua/Xu Qin)     

Sama seperti Adinda, Stefano Adrianus (29) baru saja membeli EV pertamanya, Wuling Air EV China, pada April lalu. Dia mengaku tidak mempertimbangkan mobil listrik non-China karena harga EV dari merek-merek lain terlalu mahal.

"Saya hanya mempertimbangkan mobil China karena mereka hadir dengan harga terjangkau namun kualitasnya bagus," kata Stefano.

Dia mengatakan Wuling Air EV miliknya cocok untuk mobilitas harian karena memiliki dimensi yang compact, kepraktisan, efisiensi, kemudahan penggunaan, dan fitur-fitur yang canggih.

"Belum lagi desainnya yang unik dan futuristik. EV lain menawarkan desain yang mewah, tetapi siapa yang menginginkan kemewahan yang tidak mampu kita beli?" kata Stefano kepada Xinhua.

Lonjakan pengadopsian mobil listrik di Indonesia memikat banyak orang di negara Asia Tenggara ini. Selama beberapa tahun terakhir, EV menjamur di jalanan, memfasilitasi kebutuhan transportasi harian. Merek-merek kendaraan listrik China pun semakin populer di kalangan masyarakat perkotaan, terutama generasi muda.
 
Sejumlah pengunjung memperhatikan mobil listrik China merek Cloud EV produksi Wuling saat berlangsung Pameran Kendaraan Listrik Periklindo di JIExpo di Jakarta, pada 30 April 2024. (Xinhua/Zulkarnain)  

Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), permintaan mobil listrik baru di Indonesia terus meningkat seiring hadirnya banyak model mobil listrik baru dengan harga terjangkau.

Sebagai contoh, ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 yang berlangsung pada 30 April hingga 5 Mei di Jakarta mencatat nilai transaksi lebih dari Rp400 miliar.

Data GAIKINDO menunjukkan bahwa pada April, mobil listrik dari produsen China memuncaki penjualan grosir, dengan Cloud EV menjadi model terlaris, disusul oleh Omoda E5 dan Binguo EV. Di sepanjang bulan tersebut, sebanyak 597 unit mobil Cloud EV didistribusikan.

Cloud EV dan Binguo EV diproduksi oleh Wuling Motor yang berbasis di China, dengan kisaran harga Rp350 juta hingga Rp400 juta per unit, sementara Omoda E5 diproduksi oleh Chery, produsen mobil terkemuka China lainnya.

Pada kuartal pertama tahun ini, Air EV besutan Wuling menjadi pilihan paling populer di kalangan pembeli muda. Dengan perkiraan harga Rp200 juta, seri ini menyumbangkan sekitar 64 persen terhadap total penjualan EV di Indonesia yang jumlahnya melebihi 5.000 unit.

Manajer Hubungan Masyarakat Wuling Motors Brian Gomgom mengatakan bahwa Wuling fokus memproduksi EV yang mampu merebut hati generasi muda Indonesia. "Ini dapat dilihat dari desain compact kami yang memberikan kenyamanan dalam mobilitas sekaligus menjaga lingkungan," tuturnya.
 
   Mobil listrik model OMODA E5 dari perusahaan otomotif China Chery terlihat saat acara peluncuran perdana di Bekasi, Jawa Barat, pada 2 Desember 2023. (Xinhua/Zulkarnain)

Salah satu merek EV China terbaru yang masuk ke Indonesia adalah NETA dengan seri NETA V-II. Seri ini dibanderol dengan harga terjangkau, yaitu Rp299 juta.

"Persaingan antara mobil-mobil listrik di Indonesia akan semakin ketat karena konsumen memiliki lebih banyak pilihan model dan harga," kata Ketua GAIKINDO Jongkie Sugiarto.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi EV untuk kawasan Asia Tenggara. Dia mengundang produsen kendaraan listrik untuk berinvestasi di negara yang terkenal kaya cadangan bijih nikel ini. Bijih nikel merupakan komponen utama pembuatan baja dan baterai EV.

"Kami mendorong produsen mobil listrik untuk segera memperdalam struktur dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk ASEAN, selain mendorong pasar dalam negeri agar terus tumbuh," kata Airlangga.
 
Pewarta:
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024