Dikutip dari Reuters pada Rabu, penjualan di China turun 47,8 persen pada April, sementara di Amerika Serikat turun 9,2 persen dan Eropa turun 23,3 persen.
"Pada April, lockdown di China akibat COVID-19 berdampak pada pengiriman ritel dan menambah tantangan pada rantai pasokan global yang sudah melemah. Ini mengakibatkan hilangnya produksi tambahan," kata Volvo dalam sebuah pernyataan.
Meski demikian, perusahaan yang berbasis di Gothenburg, Swedia, itu mengatakan bahwa permintaan tetap kuat dan pangsa mobil listrik secara keseluruhan naik menjadi 10 persen dari 9 persen pada Maret.
Diketahui, Vovo memiliki target agar 50 persen penjualannya merupakan mobil listrik murni pada pertengahan dekade ini.
Pekan lalu, Volvo juga melaporkan laba yang melampaui perkiraan meskipun kekurangan chip dan biaya produksi menjadi lebih tinggi karena perang di Ukraina.
Baca juga: Laba Volvolampaui perkiraan meski kekurangan chip
Baca juga: Volvo investasi di StoreDot untuk keperluan baterai mobil listrik
Baca juga: Volvo potong perkiraan volume penjualan 2022 karena kekurangan "chip"
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022