Jakarta (ANTARA News) - Industri kendaraan bermotor di tanah air tumbuh pesat seiring dengan perekonomian negeri yang bergerak positif. Di sisi lain, masalah lingkungan selalu menjadi momok yang mengganjal dunia otomotif Indonesia.

Kritik tajam terhadap jumlah kendaraan bermotor yang semakin berlipat di kota-kota besar Indonesia hanya dianggap sebagai penyumbang polusi terbesar setelah kebakaran hutan.

Padahal, transportasi berada di posisi kelima penyumbang emisi setelah kebakaran lahan gambut, kebakaran hutan, pertanian dan perkebunan, dan energi.

Hal itu dikemukakan  dalam makalah yang dibawakan Asdep Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Linda Krisnawati, dalam diskusi panel "Roadmap Bahan Bakar untuk Mobilitas dan Transportasi Berkelanjutan di Indonesia" yang diselenggarakan Gaikindo di sela-sela IIMS 2011.

Linda menyebutkan bahwa penyumbang terbesar emisi adalah transportasi darat, diikuti transportasi laut, tranportasi udara, dan terakhir kereta api. Transportasi darat menjadi pengguna terbesar bahan bakar, yakni mencapai 88 persen dari total konsumsi bahan bakar nasional.

Jika dihitung berdasarkan pengeluaran subsidi energi, ia mengatakan subsidi terbesar diberikan untuk bahan bakar minyak (BBM) melalui PT Pertamina (Persero), dibanding dengan subsidi energi lainnya yakni listrik melalui PT PLN (Persero).

Dirjen Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita H Legowo mengatakan jumlah subsidi BBM tahun lalu mencapai 38,38 Kiloliter (KL). Dan jumlah terbesar yang menggunakan BBM bersubsidi di sektor transportasi darat adalah mobil pribadi yakni sebesar 53 persen, diikuti motor 40 persen, mobil barang empat persen, dan terakhir kendaraan umum tiga persen.

Berdasarkan data terakhir hingga tanggal 19 Juli 2011 lalu, Dirjen Migas H Legowa mengatakan penggunaan BBM bersubsidi semakin jauh melampaui kuota "Publik Service Obligation" (PSO) 2011 yang telah ditetapkan pemerintah per harinya, baik itu untuk jenis premium maupun solar.

Pemerintah, lanjutnya, memberikan subsidi premium kurang dari 65.000 KL per hari, tapi penggunaannya hingga 19 Juli sudah melebihi 70.000 KL per hari. untuk solar, pemerintah memberikan subsidi sekitar 38.000 KL per hari, kini penggunaannya telah lebih dari 41.000 KL per hari.

Beralih dari BBM
Hasil survei traffic performance di 16 kota tahun 2007 dan 2008 lalu menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata kendaraan bermotor menurun di enam tempat, yakni Denpasar, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat. Hal ini karena jumlah kendaraan semakin bertambah namun panjang ruas jalan tidak bertambah.

Penurunan kecepatan rata-rata kendaraan tertinggi terjadi di tiga kota dimulai dari Jakarta Pusat yang pada tahun 2007 masih di atas 50 kilometer (km) per jam, di tahun 2008 kecepatan rata-rata hanya 20,5 km per jam.

Denpasar rata-rata kecepatan kendaraan tahun 2007 mencapai lebih dari 40 km per jam, maka di tahun 2008 kecepatannya menurun hanya menjadi 33 km per jam. Dan kota ketiga adalah Makassar yang di tahun 2007 rata-rata kecepatan kendaraan mencapai lebih dari 45 km per jam, di tahun 2008 kecepatannya hanya mencapai 37,25 km per jam.

Kondisi ini diyakini membuat konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor meningkat. Dengan konsumsi bahan bakar yang meningkat otomatis tingkat emisi gas buang dari kendaraan ke udara semakin meningkat pula.

GSH Center for Sustainable Mobility, Giri Suseno Hadihardjono mengatakan perkembangan otomotif di dunia memperlihatkan banyak perubahan pada dekade sekarang ini.

Industri otomotif lokal tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut karena kurangnya dukungan infrastruktur -seperti kualitas bahan bakar dan manajemen lalu lintas yang tepat, penetapan standar industri lokal, regulasi yang tepat diikuti dengan political will dari pemerintah.

Menurut dia, penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan BBM  harus dilakukan sekarang.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)  memiliki pendapat bahwa untuk meminimalisir dampak lingkungan harus dimulai dari si pengguna kendaraan.

Kesadaran masyarakat melalui edukasi yang tepat tentang produk-produk otomotif ramah lingkungan menjadi nomor satu.

IIMS menampilkan teknologi-teknologi ramah lingkungan terkini, dirangkai dengan berbagai seminar dan simposium pengembangan bahan bakar yang ramah lingkungan. Lewat hal tersebut, industri otomotif  ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa mereka terus berusaha menciptakan teknologi yang dapat membawa kepada kehidupan yang berkelanjutan.

Sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) yang mengikuti pameran tahunan otomotif terbesar di Indonesia ini sengaja menghadirkan mobil atau mesin-mesin yang menggunakan energi baru terbarukan atau pun mobi-mobil dengan konsumsi BBM rendah.

PT Toyota Astra Motor (TAM) menghadirkan generasi terbaru Toyota Prius yang teknologi hybrid, PT Honda Prospect Motor (HPM) yang menghadirkan Honda Brio bertenaga 1200cc yang berwarna hijau dengan konsumsi bahan bakar satu liter untuk 20 kilometer (km), PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menghadirkan A-Concept desain putra Indonesia yang akan diikut sertakan dalam program mobil murah ramah lingkungan, PT Suzuki Indomobil Sales menghadirkan Suzuki G-Concept yang juga akan diikutkan dalam program "low cost and green car", sedangkan Mitsubishi memboyong i-MiEV (Mitsubishi Innovative Electric Vehicle) ke dalam IIMS 2011.

Sekretaris Umum Gaikindo, Juwono Andrianto mengatakan sebelum pemerintah memasarkan bahan bakar dengan standar emisi lebih baik seperti Euro3 awal tahun 2012, tentu akan lebih baik jika pemerintah mencoba memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan bahan bakar yang tepat untuk keberlangsungan lingkungan.

Sementara itu, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita H Legowo mengatakan pada dasarnya kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup sebenarnya sudah mulai tumbuh. Hal tersebut terlihat dengan hasil pengamatan atas konsumsi BBM bersubsidi masyarakat saat harga pertamax meningkat.

"Kalau diperhatikan sejak bulan Februari 2011 lalu, kecenderungan masyarakat mengkonsumsi premium meningkat jika harga pertamax naik, tapi jika harga pertamax turun maka konsumsi BBM bersubsidi juga turun. Jadi sebenarnya masyarakat sudah mulai sadar lingkungan, kendalanya masih soal harga," ujar Evita.

Menumbuhkan kesadaran dari pengguna kendaran bermotor akan pentingnya penggunaan teknologi hijau ramah lingkungan bukan lah sesuatu yang mudah. Seperti apa yang disampaikan GSH Center for Sustainable Mobility, Giri Suseno Hadihardjono, konsistensi adalah salah satu hal penting, dan Gaikindo telah melakukannya dalam setiap pelaksanaan IIMS.
(V002)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011