Jakarta (ANTARA News)- Mesin berbahan bakar konvensional akan tetap mendominasi pasar otomotif selama 20 tahun ke depan meski wacana tentang bahan bakar alternatif terus didengungkan.

"Mesin konvensional akan tetap bertahan di pasaran," kata Barb Samardzich, salah satu petinggi Ford Motor Co. dalam sebuah diskusi bertajuk Management Briefing Seminars di Travers City, Michigan, Amerika Serikat (AS), Selasa (3/8).

Jadi, Samardzich melanjutkan, merancang dan meningkatkan kemampuan mesin berbahan bakar minyak tetap menjadi karir yang menjanjikan di masa depan.

Wakil dari General Motors Co. (GM), Larry Nitz, mengatakan bahwa "teknologi konvensional yang kita miliki sekarang masih akan tetap digunakan sampai 2016," tegas Nitz yang menjabat sebagai Direktur Pengembangan Mesin Listrik dan Hibrida salah saru pabrikan mobil terbesar di AS itu.

Nama-nama besar produsen kendaraan di AS juga yakin meski angin perubahan ke arah bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan sedang berhembus kencang tetapi perubahan itu tidak akan radikal.

"Saya kira tidak akan ada perubahan radikal," kata Johannes-Joerg Rueger, Wakil Presiden bidang Pengembangan Mesin di Robert Bosch.

Mesin berbahan bakar alternatif seperti hibrida, listrik, dan diesel ramah lingkungan memang sedang gencar dikembangkan oleh ketiga pabrikan mobil AS itu.

GM misalnya akan meluncurkan pengembangan dari Chevrolet Volt bermesin hibrida akhir tahun ini di AS dan juga sedang menanamkan uangnya dalam pengembangan mobil listrik.

Sedangkan Ford berencana memperkenalkan van bertenaga listrik komersialnya.

Menurut Nitz, kendaraan listrik merupakan celah usaha yang potensial tetapi kebanyakan konsumen AS membutuhkan mesin berbahan bakar bensin untuk perjalanan jarak jauh dan Ethanol adalah salah satu pilihan yang memungkinkan untuk mendukung diversifikasi bahan bakar.

Mengenai mesin diesel bersih, (clean diesel), Rueger menyatakan lebih mendukung teknologi itu meski beberapa pihak mengatakan mesin diesel bersih tidak menarik bagi pelanggan AS karena persyaratannya yang sulit dan harga bahan bakarnya yang mahal.
(BER/A038/BRT)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010