Dikutip dari Reuters, Jumat, Zipse juga menginginkan aliansi antara pembuat mobil Jerman dan Jepang, yang berpusat pada sel bahan bakar dan mobil convertible, bisa berjalan baik hingga tahun 2025 atau lebih.
"Dalam dekade mendatang, kami akan melakukannya dengan baik untuk memperkuat obligasi," kata Zipse pada Automobilwoche Kongress.
"Aliansi yang saat ini mencakup kesepakatan kerja sama pada mobil sel bahan bakar dan pengembangan bersama mobil sport, harus berlanjut setelah 2025," kata Zipse menambahkan.
Baca juga: BMW mulai produksi iNEXT dan i4 listrik tahun depan
Menurut dia, mobil sel bahan bakar, yang ditenagai oleh hidrogen, dapat memperoleh manfaat dari dorongan bersama oleh para pembuat kebijakan, untuk melakukan industrialisasi produksi hidrogen.
Secara terpisah, Zipse juga mengatakan bahwa BMW sedang mencari cara untuk menghemat biaya dengan mengurangi portofolio modelnya.
“Coupés, convertible dan roadsters, kami akan melihat apa yang tersisa,” kata Zipse, mengomentari salah satu area di mana BMW meninjau penawaran produknya.
Sementara itu, aliansi BMW dan Toyota pertama kali diumumkan pada tahun 2011. BMW mengatakan bahwa mereka akan memasok Toyota Motor Corporation dengan mesin diesel dan bersama-sama mengembangkan baterai mobil sebagai bagian dari aliansi teknologi yang komprehensif.
Kesepakatan itu, yang diumumkan menjelang Tokyo Motor Show 2011, menyoroti pentingnya teknologi ramah lingkungan dalam industri otomotif, serta biaya menggelembung untuk mengembangkan berbagai powertrains ketika preferensi pelanggan tetap bervariasi.
Baca juga: BMW iX, sang penantang Tesla di Amerika Serikat
Baca juga: Hyundai gabung BMW VW buat jaringan pengisian daya mobil listrik
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020