Produksi Esemka tetap harus melibatkan para siswa dan lulusan SMK
Solo (ANTARA News) - Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo berharap Esemka - yang berawal dari transfer teknologi dan dibuat oleh para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo - dapat menjadi mobil rakyat.

"Pembuatan mobil Esemka merupakan transfer teknologi. Ketika itu para siswa yang lulus dari SMK dilatih untuk membuat sparepart (suku cadang) untuk mobil Esemka pada 2011," kata Hadi Rudyatmo, di Solo, Jawa Tengah, Rabu.

Transfer teknologi tersebut, diakuinya,  memang bertujuan untuk membuat mobil nasional atau mobil rakyat yang harganya bisa terjangkau. Meskipun harga mobil Esemka lebih murah, kata dia, kualitasnya harus terjamin sehingga tidak kalah dengan mobil merk Jepang yang banyak beredar di Indonesia.

Baca juga: Pengamat: Prestasi apabila Esemka bisa geser mobil asing

Pada proses alih teknologi tersebut, kata Rudyatmo, Esemka dibuat ada empat jenis yakni Esemka Rajawali, Bima dan Pick-up. Saat itu pihaknya mempunyai keinginan ada mobil nasional, kemudian melakukan uji emisi, suspensi, dan kelaikan jalan.

"Pada 2011 pembuatan mobil Esemka, ada sparepart yang belum diproduksi sendiri, antara lain ring piston dan dinamo starter. Dinamo ini, duhulu sebenarnya bisa dibuat, tetapi biayanya agak mahal," kata Rudyatmo.

Ia mengatakan transfer teknologi itulah awal untuk membuat mobil nasional. Ia mengaku mengemudikan sendiri mobil Esemka saat melakukan uji emisi ke Jakarta. Dua kali lulus uji, katanya.

Baca juga: Menhub akan kaji kembali uji tipe mobil Esemka

"Pada uji pertama berat mobil Esemka mencapai satu ton. Padahal, berat mobil seharusnya sekitar 800 kg, dan akhirnya diubah berat kendaraan sesuai harapan. Jadi dianggap mobil Esemka bohong-bohongan itu, salah. Mobil itu, memang sudah dirancang untuk transfer teknologi," kata Rudyatmo.

Ia mengatakan salah satu cara untuk membuat harga mobil Esemka murah adalah dengan penggunaan konten lokal yang besar atau sedikitnya di atas 80 persen. Dengan komponen lokal yang tinggi, menurut dia,  harga mobil Esemka tidak akan terlalu terpengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Untuk itu, industri mobil Esemka, lanjut dia, harus menjalin kemitraan dengan industri komponen otomotif lokal, misalnya dengan industri cor logam di Batur, Kabupaten Klaten, yang membuat blok mesin, dan industri knalpot di Purbalingga. Selama ini industri tersebut juga digandeng oleh produsen otomotif dalam menyediakan onderdil dan suku cadang kendaraan.

Rudyatmo mengatakan sekarang para siswa lulusan SMK sudah diarahkan untuk masuk ke home industry  membuat knalpot, dashboard, dan pengecoran blok mesin seperti diproduksi di Batur Klaten.

Menurut dia, produksi Esemka tetap harus melibatkan para siswa dan lulusan SMK. Artinya, membuat Esemka melibatkan anak-anak praktek, begitu lulus nantinya akan bekerja di UKM atau vendor-vendor yang membuat kendaraan itu.

Namun, kata Rudyatmo, juga tidak mempermasalahkan jika produsen Esemka harus menggandeng pabrikan otomotif luar negeri dalam proses produksinya. Kerja sama dengan pabrikan besar merupakan sebuah kebutuhan, tetapi transfer teknologi tetap harus berjalan.

Baca juga: Presiden Jokowi: Esemka dikerjakan industri, tidak ada urusan pemerintah
 

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018