Dalam perjalanan menuju museum, anak-anak berkesempatan mengikuti dan merasakan Fine Ride bersama Komunitas Vespagraphy sebagai penumpang. Menurut salah satu peserta, Fatma Aulia, meskipun bukan kali pertama menaiki vespa, namun kesempatan itu tetap menarik karena menunggangi Vespa memberikan sensasi berbeda ketimbang kendaraan lainnya.
Salah satu pendamping dari PSBN Cahaya Bathin, Tri Agustin, ikut menceritakan bagaimana antusiasme anak-anak tunanetra selama mengikuti acara Fun Ride. Ia mengungkapkan, selama ini anak-anak mengira bahwa suara vespa itu adalah suara Bajaj (angkutan umum).
"Heboh banget. Bahkan karena enggak tahunya, mereka mengira suara Vespa itu suara Bajaj. Dari suara Vespa itu sendiri, mereka antusias sekali. Karena dari kalangan kami tidak pernah mengendarai Vespa. Jadi mereka tidak pernah tahu," kata Tri dalam keterangannya.
Penyandang disabilitas juga berkesempatan mengenal atau mendapatkan informasi terkait koleksi yang ada di Museum Nasional.
Dengan mengenakan sarung tangan, mereka diizinkan menyentuh sebagian koleksi di museum agar bisa membayangkan barang peninggalan sejarah yang tidak bisa mereka terima secara visual.
"Pertama kali dia menyentuh prasasti, di situ ada tulisan-tulisannya, di situ dia tertarik sekali dan banyak sekali yang bertanya ini tulisannya dari daerah mana? berasal dari mana prasastinya? dan ada beberapa dari mereka yang sudah tahu mengenai pelajaran sejarah tentang batu prasasti," tutur anggota komunitas Vespagraphy Akmal Martadinata.
Akmal pun berharap, kegiatan tersebut selain membawa pengalaman baru bagi penyandang disabilitas tunanetra juga menambah wawasan tentang sejarah koleksi yang ada di Museum Nasional, serta diharapkan kegiatan ini ditiru komunitas-komunitas lainnya untuk mengunjungi museum di Indonesia.
Baca: Ayo ke pameran foto budaya Vespa
Baca: Komunitas Vespagraphy buka kelas eksplorasi di Karimunjawa
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018