Product Knowledge Head PT Toyota Astra Motor (TAM), Gandhi Ahimsaputra, menjelaskan bahwa airbag tidak mengembang bisa jadi kerena tabrakan (tekanan yang terjadi) yang terjadi tak cukup kuat, sehingga getarannya tak cukup untuk menggerakkan sensor airbag.
"Pada dasarnya kalo mobil ada airbag, dia punya sensor, ada tekanan tertentu di mana air bag terbuka. Jika tekanan tidak cukup kuat, maka airbag tidak mengembang. Kalau tekanan cukup kuat, menggerakan sensor, airbag akan keluar," tutur dia dalam acara “Safety Media Workshop” di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu.
Di samping itu, sambung Gandhi, airbag tidak mengembang bisa jadi benda di depan kendaraan (yang ditabrak) dalam keadaan bergerak. "Airbag mengembang di kecepatan di atas 20-30km/jam, dengan catatan benda yang ditabrak diam. Kalau bergerak, tenaga saat tabatakan disalurkan ke benda yang bergerak (misalnya mobil di depannya), sehingga sensor airbag tidak bekerja," kata dia.
Umumnya airbag bekerja dengan kecepatan 0,03 detik, lebih cepat dari kedipan mata (400 milidetik). Inilah alasannya, beberapa orang merasa airbag dalam mobilnya tak mengembang, padahal baru saja mengalami tabrakan cukup keras. Airbag merupakan tambahan keamanan pada penumpang atau supplement system seat belt. Dalam beberapa kendaraan, fitur ini tidak berfungsi saat seat belt tidak digunakan.
"Safety utama adalah seat belt. Setelah itu airbag (khusus mobil)," pungkas Gandhi.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017