Singapura (ANTARA News) - Shell, perusahaan minyak dan gas global, meluncurkan “New Lenses of Future Cities” yang menyingkapkan pandangan Shell berkaitan dengan perkiraan penggunaan energi hingga 2060 dan kedepannya berdasarkan riset atas 500 pusat kota termasuk megakota yang berpenduduk lebih dari 10 juta.

“Perencanaan yang hati-hati akan membantu penggunaan sumber daya lebih efisien dan terintegrasi. Hal ini menempatkan desain perkotaan pada jantung upaya untuk mendorong dan merekayasa ketahanan sistem dan pelayanan lebih besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran kita,” kata Kepala Penasehat Energi Shell, Wim Thomas, saat peluncuran di Marina Bay Sands Expo and Convention Centre Singapura, Selasa.

Suplemen itu dimaksudkan untuk memberikan perspektif masalah masa depan energi bagi para pemimpin politik dan bisnis karena keputusan mereka mempengaruhi perencanaan dan pengembangan kota.

Tekanan energi yang meningkat yang berasal dari populasi global yang makin meningkat dan lebih makmur akan semakin berdampak lebih panjang.

Shell membagi kota dalam enam kekhasan. Pertama “spawling metropolis” contohnya Rio de Janeiro dan Tokyo. Kedua “prosperous community” yang dimiliki Dubai dan Stockholm. Kota-kota ini berkepadatan rendah dan berpendapatan per kapita tinggi yang khas ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa.

“Urban powerhouses” ciri ketiganya yang ditandai kepadatan penduduk tinggi dan pendapatan individu tinggi dan juga pengguna energi besar, namun bagian konsumsi globalnya sedang yang meliputi Hong Kong, Singapura dan New York.

Keempat “developing mega-hubs” seperti Hyderabad dan Chongqing, dan kelima “underprivileged crowded” seperti Manila dan Bangalore adalah pengguna energi yang secara relatif kecil.

Namun, sementara kota-kota ini berpendapatan individu rendah dan berpenduduk menengah hingga padat, kebanyakan dari mereka akan bergabung dalam gelombang urbanisasi mendatang karena mereka menjadi lebih makmur.

Peningkatan permintaan energi mereka akan mewarnai tingkat penggunaan energi global, yang membuat pilihan pembangunan mereka kritis.

Keenam “underdeveloped urban centres,” jenis yang paling khas, mencatat hanya 11 persen dari total energi yang digunakan di kota-kota yang dibahas. Mereka adalah pengguna energi yang kecil.

“Meski terdapat perbedaan diantara kota-kota itu, kebiasaan kerja (best practices) yang diharapkan di seputar pengembangan perkotaan dan bagaimana mengaturnya eksis,” katanya.

“Kota-kota yang kompak, berpenduduk padat, terencana dengan baik dengan infrastruktur dan layanan terintegrasi secara efektif adalah lebih efisien sumber daya. Dengan perhatian memadahi, kota-kota itu juga dapat menjadi tempat menarik untuk ditinggali,” tambahnya.

Untuk mendukung peluncuran riset tersebut, Shell juga meluncurkan sebuah kuis interaktif “Shell Future Cities” berisi temuan laporan dalam format digital, yang bisa menjawab di kota mana pengguna sebaiknya tinggal setelah menginput pilihan jawaban ke dalam aplikasi. (*)

Pewarta: B. Kunto Wibisono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014