Akan dihilangkan secara alami, ini kata supir bemo

Akan dihilangkan secara alami, ini kata supir bemo
Serba-Serbi
Antrian bemo menunggu diberangkatkan di kawasan Stasiun Karet, Jakarta. Di sinilah Urip (54) dan 14 rekannya mengadu nasib di Jakarta. (ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) beberapa waktu lalu mengatakan pemerintah provinsi tidak bisa menghentikan bemo beroperasi dan akan membiarkan alat transportasi beroda tiga itu hilang secara alami.

"Kita enggak bisa ngabisin mereka semua, mereka masih beroperasi kok di Benhil dan Pasar Baru," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/2).

"Kita enggak bisa larang-larang mereka, biar mereka hilang secara alami saja. Walaupun butuh waktu lama, tapi nanti orang akan pindah ke busway kalau bus-nya sudah banyak dan bagus," katanya.


Menanggapi hal itu, para supir bemo hanya bisa pasrah menantikan kendaraan yang menjadi sumber mata pencahariannya selama ini lambat laun hilang seiring berjalannya waktu.

"Ya kalau hilang secara alami, ya mau gimana lagi. Saya sudah putuskan sejak 1972 akan terus nyupir bemo ini sampai bemo bener-bener hilang," ujar Daurip (54) kepada ANTARA News saat ditemui di kawasan Karet, Jakarta, Jumat.

Pria yang akrab disapa Urip ini mengakui sebagai kendaraan tua, onderdil bemo, seperti platina dan rem tangan, semakin lama semakin susah dicari.

Jika ada bagian onderdil bemo yang rusak, Urip biasanya mengakalinya dengan menggantinya dengan onderdil motor. Atau jika tidak, ia biasanya mencari bemo yang sudah tidak dipakai lagi untuk diambil onderdilnya.

Kemudian, lanjut Urip, karena tidak ada bengkel khusus bemo, maka supir harus paham sendiri cara membetulkan bemo saat mogok.

"Seperti misalnya (mesin) mati mendadak karena tidak ada api, supir harus tahu cara betulinnya. Kan enggak ada bengkelnya (bemo)," kata Urip.

Pasrah jika nantinya bemo benar-benar hilang juga diutarakan Mahmud Kamal (58). Pria yang mengaku sejak tahun 1996 berprofesi sebagai supir bemo ini sebetulnya ingin mempertahankan keberadaan kendaraan beroda tiga ini.

Namun, senada dengan Urip, ia juga mengakui sulit mempertahankan bemo karena terkendala onderdil. Di kawasan stasiun Karet sendiri, saat ini terdapat sekitar 15 orang yang menggantungkan hidupnya sebagai sebagai supir bemo.

Sekitar 10 tahun yang lalu jumlah mereka 30 orang, namun perlahan beberapa dari mereka pindah profesi. Semula para supir bemo ini melayani trayek dari Tanah Abang hingga Karet.

Namun, karena tergusur angkot, para supir ini meminta izin pada polres setempat untuk membuka trayek dari Stasiun Karet hingga wilayah sekolah London School. "Cuma di sini aja, stasiun (Karet) sampai sekolah London School," kata Urip.
Pewarta:
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Berita Terkait