Manila (ANTARA News) - Empat tim dari berbagai perguruan tinggi Indonesia untuk sementara berjaya memimpin klasemen pada kategori mobil konsep urban pada Shell Eco-Marathon Asia 2014, di Manila, pada hari terakhir lomba.
Lomba efisiensi pemakaian bahan bakar yang digagas Royal Dutch Shell itu melibatkan 124 tim dari 15 negara di Asia Pasifik, dengan Indonesia menyumbang tim terbanyak, 18 tim dari 15 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.
Keempat tim nasional yang sementara berjaya itu adalah mobil Horas Mesin dari Universitas Sumatera Utara dengan rekor sementara efisiensi bahan bakar satu liter untuk 101,4 kilometer, mobil ITS Team 2 (ITS Surabaya, berbahan bakar biodiesel fatty acid methyl ether, 151,4 km/liter), mobil Cikal Diesel dari ITB (FAME, 120 kilometer/liter), dan mobil Polnep Diesel Team (Politeknik Negeri Jakarta, solar 60,7 kilometer/liter).
SEM 2014 memakai jalur lomba di jalan raya yang sejatinya adalah lingkar strategis Metro Manila di depan Hotel Manila. Untuk sepekan terakhir ini, lingkar Roxas Boulevard, Taman Luneta, dan sekitarnya ditutup untuk keperluan lomba di kawasan Taman Jose Rizal itu.
Panjang lintasan lomba adalah 1,2 kilometer untuk satu putaran dan tiap peserta wajib menyelesaikan 10 putaran. Dalam satu titik regulasi lomba, tiap tim boleh turun hingga lima kali dengan catatan waktu diambil dari rekor terbaik saat terakhir turun lomba.
Di kategori konsep prototipe, mobil Rakata berbahan bakar ethanol dari ITB menduduki peringkat sementara ketiga dengan rekor jarak tempuh 212,4 kilometer/liter. Dia ada di belakang mobil Dhukaj Pubdit dari Tim Luk Jao Mae Khlong Prapa Thailand (1.753 kilometer/liter), dan mobil How Much Ethanol dari Panjavihya Thailand (1.494 kilometer/liter).
Mobil konsep prototipe Nakoela dari Universitas Indonesia yang ada di kelas bahan bakar bensin ada di posisi ketiga sementara ini. Dia mencatat rekor 464,5 kilometer/liter; ada di belakang Virgin (Sakonnakhlon Technical College Thailand, 1.796 kilometer/liter), dan mobil Zeal Eco-Power Gasoline (Tongji Unversity China, 864,2 kilometer/liter).
Menurut Shell Eco-Marathon Manager and Student Liaison, Norman Koch, merancang dan membuat mobil konsep yang bisa diandalkan merupakan hal sangat sulit. "Kami sangat salut pada generasi muda peserta ini yang menghabiskan banyak waktu dan upaya mereka untuk mewujudkan impian ini," kata dia.
"Bagi yang pertama ikut, kami katakan bahwa tujuan utamanya adalah bisa menyelesaikan seluruh putaran secara baik. Apalagi arena yang dipakai adalah jalan umum yang tidak semulus sirkuit lomba Formula 1, akan ada saja hal-hal yang harus diperbaiki di tempat. Ini umum terjadi," kata Koch.
Royal Dutch Shell telah menyelenggarakan Eco-Marathon ini sejak 1985, yang dimulai di kawasan Eropa dan Amerika Utara. Khusus untuk Asia, selama ini diselenggarakan di Sirkuit Sepang, Malaysia, yang batal dilaksanakan pada 2013 lalu karena gangguan asap kebakaran hutan.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014