Jakarta (ANTARA) - BYD yang berbasis di China menjadi produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbaru yang memasuki pasar Indonesia. Dengan memperkenalkan tiga mobil penumpang listrik, yakni SEAL, Atto 3, dan Dolphin, BYD kini masuk ke dalam daftar sedikitnya lima merek EV China yang hadir di perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini.

Sebelum BYD, produsen kendaraan listrik China Wuling, DFSK, Chery, dan Neta telah menjangkau pelanggan EV di Indonesia. Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), jumlah merek mobil listrik asal China yang masuk ke Indonesia meningkat dalam enam tahun terakhir dan menjadi merek mobil listrik terpopuler di negara ini.

Total penjualan EV di Indonesia pada 2023 mencapai 17.062 unit, meningkat 65,2 persen dibandingkan 2022, tunjuk data GAIKINDO. Wuling Air EV menjadi merek kedua yang paling banyak dibeli dengan penjualan 5.575 unit, setelah Hyundai Ioniq 5 dengan penjualan 7.176 unit.

Popularitas EV China di Indonesia bukan hal yang mengejutkan. Kajian GAIKINDO mengenai pasar otomotif regional menunjukkan bahwa 66 persen konsumen kendaraan di Indonesia mempunyai pandangan positif terhadap mobil China. Alasannya antara lain keterjangkauan harga, fitur inovatif, mobilitas, dan kenyamanan.
 
Sejumlah jurnalis mengambil foto dan video BYD Atto 3 di luar lokasi peluncuran mobil BYD di Jakarta, pada 18 Januari 2024. (Xinhua/Xu Qin)  

 Di samping meningkatnya kesadaran tentang efisiensi penghematan energi untuk kendaraan, konsumen Indonesia juga sangat tertarik dengan fungsionalitas dan desain EV China. 

"Kami sangat menyambut baik produsen EV China untuk masuk ke pasar otomotif Indonesia. Ini sinyal yang sangat positif. Indonesia adalah pangsa besar dengan potensi hampir 282 juta penduduk. Tingkat kepemilikan mobil adalah 99 mobil per 1.000 penduduk," kata Sekretaris Jenderal GAIKINDO Kukuh Kumara kepada Xinhua.

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia sekaligus salah satu produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diyakini memiliki potensi besar untuk pemakaian kendaraan listrik.

Dianugerahi dengan bahan mentah yang melimpah, khususnya nikel sebagai bahan terpenting dalam produksi baterai kendaraan listrik, Indonesia berupaya menempati posisi signifikan dalam industri EV.

Media lokal melaporkan bahwa pemerintah telah mendorong masyarakat untuk mempercepat transisi ke EV sebagai upaya mengurangi polusi udara, khususnya di ibu kota Jakarta. Guna mendorong penggunaan kendaraan listrik secara luas, pihak otoritas juga telah memberikan subsidi hingga Rp7 triliun dari anggaran negara bagi masyarakat untuk membeli kendaraan listrik.

Namun, Indonesia belum memiliki mobil listrik lokalnya sendiri yang diproduksi secara massal di pasar komersial. Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintah menawarkan peluang investasi bagi semua produsen otomotif global untuk membangun pabrik EV di Indonesia dan memberikan insentif, termasuk pembebasan pajak impor, bagi mereka.
 
   Mobil listrik model OMODA E5 dari perusahaan otomotif China Chery terlihat saat acara peluncuran di Bekasi, Jawa Barat, pada 2 Desember 2023. (Xinhua/Zulkarnain)

BYD, misalnya, menginvestasikan hingga 1,3 miliar dolar AS dalam industri EV di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kehadiran EV China akan membawa era baru bagi elektrifikasi transportasi di Indonesia karena menawarkan kualitas yang kompetitif dibandingkan EV produksi pabrikan Barat, seperti Tesla

Seorang pengamat otomotif Indonesia yang juga pakar desain produk dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, mengatakan bahwa pabrikan China kini memimpin pasar mobil listrik dunia, khususnya di Indonesia, karena dua faktor, yaitu teknologi yang canggih dan harga yang terjangkau.

"Menurut pengamatan saya, negara dengan industri baterai terkuat dan tercanggih saat ini adalah China. Negara itu sudah mengembangkan kendaraan listrik sejak 15 tahun lalu, ketika negara lain belum mengambil langkah apa pun terkait bidang itu. Jadi, tidak heran kalau mereka kini menguasai pasar mobil listrik," tutur Yannes.

Dia mengatakan China memiliki ekosistem kendaraan listrik tercanggih di dunia, dan jika dibandingkan dengan negara-negara produsen kendaraan listrik terkemuka lainnya, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan, China mampu mengembangkan sistem manufaktur yang sangat efisien.

"Dan itulah salah satu alasan utama mengapa kendaraan yang mereka produksi bisa menawarkan harga yang sangat kompetitif," demikian Yannes menuturkan.
 
Pewarta:
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024