Jakarta (ANTARA) - Stellantis berencana membangun pabrik baterai electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik dengan perusahaan China CATL di Eropa, yang akan menjadi pabrik keempat di wilayah tersebut.

Hal itu dilakukan seiring dengan upaya Stellantis, produsen mobil Eropa, untuk membuat baterai yang lebih murah dan kendaraan listrik yang lebih terjangkau, demikian disiarkan Reuters, Selasa (21/11).

Rencana baterai kendaraan listrik juga menandai semakin menguatnya hubungan dengan China setelah Stellantis produsen mobil Prancis-Italia itu menutup perusahaan patungan sebelumnya, Guangzhou Automobile Group, tahun lalu.

Bulan lalu Stellantis mengumumkan kesepakatan senilai 1,6 miliar dolar AS (sekitar 25 triliun) untuk membeli saham pembuat kendaraan listrik China, Leapmotor.

Baca juga: Samsung SDI akan bangun pabrik baterai kedua di AS bersama Stellantis

Stellantis dan CATL pada Selasa (21/11) mengumumkan perjanjian awal untuk pasokan sel dan modul baterai lithium iron phosphate (LFP) untuk produksi kendaraan listrik pembuat mobil di Eropa dan mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk mendirikan usaha patungan 50-50 di wilayah tersebut.

Rencana usaha patungan dengan CATL ditujukan untuk membangun pabrik giga baru di Eropa untuk membuat baterai LFP, kata Kepala Pembelian dan Rantai Pasokan Global Stellantis Maxime Picat.

Baterai LFP lebih murah untuk diproduksi, tetapi, kurang bertenaga dibandingkan dengan baterai nikel mangan kobalt (NMC), yang merupakan teknologi utama lainnya saat ini.

Diskusi sedang berlangsung dengan CATL mengenai rencana usaha patungan dan diperlukan beberapa bulan lagi untuk menyelesaikannya, kata Picat, menolak memberikan rincian tentang kemungkinan lokasi fasilitas baterai baru.

Rencana tersebut akan menjadi investasi terbaru CATL di kawasan Eropa, seiring dengan ekspansinya di luar pasar dalam negerinya.

Produsen mobil dan pemerintah di Eropa menggelontorkan miliaran euro untuk membangun pabrik baterai di wilayah mereka sendiri guna mengurangi ketergantungan mereka pada Asia. Pada saat yang sama, pembuat baterai China seperti CATL sedang membangun pabrik di Eropa untuk kendaraan listrik buatan Eropa.

Picat mengatakan kesepakatan dengan CATL akan melengkapi strategi elektrifikasi grup tersebut, dengan baterai LFP membantu memangkas biaya produksi di Eropa, sekaligus mempertahankan produksi baterai NMC untuk mobil yang lebih mahal.

Baterai LFP sesuai dengan kendaraan listrik berbiaya rendah Stellantis seperti Citroen e-C3 yang baru-baru ini diluncurkan, yang kini berharga hanya 23.300 euro (sekitar Rp396 juta) dan harganya diperkirakan akan diturunkan menjadi sekitar 20.000 euro (sekitar 340 juta) untuk versi jarak pendeknya.

Namun, Picat mengatakan baterai LFP, yang berkompromi antara otonomi dan biaya, akan memiliki cakupan yang luas dalam grupnya karena keterjangkauan adalah kunci.

“Tentu saja tujuan kami adalah mengembangkan baterai LFP pada multi-segmen, karena keterjangkauan diperlukan di banyak segmen berbeda, baik kendaraan penumpang atau kendaraan komersial,” kata Picat.

Di Eropa, Stellantis yang merupakan pemilik merek termasuk Jeep, Peugeot, Fiat dan Alfa Romeo, sedang membangun tiga pabrik giga di Prancis, Jerman dan Italia melalui kemitraan ACC dengan Mercedes dan TotalEnergies, yang mengkhususkan diri pada kimia NMC.

Berdasarkan perjanjian pada hari Selasa, CATL pada awalnya akan memasok baterai LFP ke Stellantis untuk kendaraan listrik di segmen mobil penumpang, crossover, dan SUV berukuran kecil dan menengah.

Baca juga: Stellantis kenalkan Fiat E-Ducato baru dengan jangkauan 420 km

Baca juga: Pabrik baterai CATL yang baru sanggup menghasilkan satu sel per detik

Baca juga: Perusahaan China bangun pabrik baterai lithium mobil listrik di AS
Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023