Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang melakukan proses uji coba untuk mengembangkan campuran bahan bakar nabati pada biodiesel di angka 40 persen (B40).

Baca juga: Litbang Kementan buktikan bahan bakar B100 hemat 40 persen

Proses pengujian bahan bakar B40 telah dilakukan pada kendaraan bermotor melalui beberapa tahap pengujian antara lain uji karakteristik bahan bakar, uji mutu minyak pelumas, uji stabilitas penyimpanan, uji kinerja kendaraan, uji konsumsi bahan bakar, uji merit rating komponen, uji kompabilitas material, hingga uji emisi opasitas gas buang.

"Dari hasil uji B40 pada kendaraan bermotor kemarin yang dilakukan itu secara umum tidak ada kendala yang signifikan," kata Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, pada kegiatan pengujian performa Green Diesel Cat 3516E yang diselenggarakan PT Trakindo Utama pada Rabu di Cilincing, Jakarta Utara.

Setelah melakukan uji coba pada kendaraan bermotor, tahun ini B40 akan diuji coba pada alat-alat berat yang sering digunakan pada industri pertambangan. Dalam uji coba pada alat berat Kementerian ESDM berencana akan menggaet Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk urusan pendanaan serta mengajak pihak perusahaan penyedia alat berat yang produknya ingin di uji coba menggunakan bahan bakar B40.

Baca juga: Asosiasi produsen biofuel sebut uji coba B40 mulai bulan depan

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berinovasi dalam pengembangan energi bahan bakar berbasis nabati seperti biodiesel.

Pemerintah telah melaksanakan program pemanfaatan bahan bakar nabati sejak tahun 2006 dan sejak saat itu Kementerian ESDM terus mengembangkan bahan bakar nabati yang salah satunya adalah biodiesel yang dimulai dari Biodiesel 2,5 persen (B2,5) yaitu campuran bahan bakar nabati sebesar 2,5 persen dengan bahan bakar solar.

Sejak tahun 2015 Kementerian ESDM telah mengembangkan B15 dan seiring berjalannya waktu dan pengembangan yang terus dilakukan kadar bahan nabati dalam Biodiesel terus meningkat hingga pada 1 Februari 2023 berada di angka 35 persen (B35).

"Sejak 2015 kita menuju ke B15 kemudian 2016 B20 kemudian B30 di 2020 dan tidak ada kendala yang signifikan dengan B30 dan mulai 1 Februari kita bergerak menuju B35," kata Edi.

Baca juga: Kementerian ESDM sebut RUU EBET masih dibahas

Program bahan bakar nabati yang dijalankan Kementerian ESDM merupakan salah satu bentuk implementasi program pemerintah yang menargetkan bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Kementerian ESDM mematok alokasi biodiesel untuk tahun 2025 sebesar 13,2 juta kiloliter sementara untuk tahun ini alokasi biodiesel ditargetkan bisa mencapai 13,15 juta kiloliter yang diharapkan bisa mewujudkan target bauran energi yang ditetapkan pemerintah.

Dalam upaya mewujudkan program pemanfaatan bahan bakar nabati, Edi menjelaskan Kementerian ESDM telah menyalurkan 10,5 juta kiloliter biodiesel B30 pada tahun 2022.

"Kita kemarin telah menyalurkan menyalurkan biodiesel (B30) sebesar 10,5 juta kiloliter dan ini bisa menghemat devisa negara sekitar 8,34 miliar dolar AS atau sekitar Rp122 triliun," ujar Edi.

Dia menambahkan pengalokasian biodiesel tersebut bisa mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 27,8 juta ton CO2e.

Selain itu insentif atau subsidi yang disalurkan oleh BPDPKS sejak awal tahun 2015 juga berkontribusi dalam perwujudan program pemanfaatan bahan bakar biodiesel.

Edi mengatakan bahan bakar biodiesel selalu ditingkatkan kualitasnya dengan mengacu kepada beberapa indikator.

"Dalam penggunaan biodiesel yang terus meningkat dari B20, B30, hingga B40 itu kualitasnya selalu ditingkatkan, salah satunya ada beberapa parameter utama dari biodiesel yang sering menjadi faktor kunci dalam penggunaan biodiesel seperti monogliserin, kadar air, dan kestabilan oksidasi," kata Edi.

Dia menyampaikan hasil penelitian Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) yang menyatakan biodiesel berbahan kelapa sawit, B35, yang diproduksi Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan biodiesel dengan bahan nabati lain seperti kacang kedelai.


Baca juga: ESDM ungkap penyebab masih minimnya permohonan konversi motor listrik

Baca juga: Dubes: Bintang Jasa Jepang bukti kepercayaan kepada Indonesia

Baca juga: Menteri ESDM terima anugerah bintang jasa dari Pemerintah Jepang
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023