Beirut (ANTARA) - Para industrialis Lebanon berupaya untuk memproduksi kendaraan dengan bahan bakar alternatif mereka sendiri di tengah krisis energi yang parah di negara itu. Hisham Houssami adalah salah satunya.

Xinhua pada Jumat mewartakan, mobil hybrid yang diberi nama "Lira" itu, seperti nama mata uang Lebanon, dirancang oleh Houssami yang sebelumnya merupakan produsen peralatan industri. Lira dapat ditenagai oleh listrik atau melalui panel surya.

Gagasan untuk merancang dan membuat mobil sendiri terlintas di benak pria berusia 46 tahun itu saat melihat kesulitan warga Lebanon mendapatkan bahan bakar untuk mobil mereka di tengah kelangkaan energi akibat krisis keuangan.
 
 


"Sayangnya warga Lebanon hampir tidak mampu membeli bensin, dan bahkan lebih menyakitkan lagi melihat orang-orang menderita demi mengakses komoditas itu dari waktu ke waktu," ujar Houssami.  

Di Lebanon, harga 20 liter bensin dapat mencapai sekitar 800.000 pound Lebanon (1 pound Lebanon = Rp10,39).

Houssami mengatakan bahwa saat ini dia memiliki tim yang terdiri dari tujuh hingga 10 pekerja tetap yang mengerjakan mobil baru itu, sementara dirinya mengawasi proses produksi.
 
   


"Sayangnya, kami tidak memiliki teknisi mobil di Lebanon, tetapi pengalaman saya dalam memproduksi peralatan industri membuat pekerjaan ini memungkinkan bagi saya," kata Houssami. 

Houssami mengatakan bahwa Lebanon memiliki sumber daya manusia yang sangat terampil, dan dia ingin memberikan kesempatan kepada para lulusan muda untuk bekerja di Lebanon alih-alih meninggalkan negara itu untuk mencari peluang kerja.

Industrialis itu berencana meluncurkan kendaraan listriknya tahun ini pada musim Natal dan Tahun Baru dengan harga kurang dari 10.000 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.647).

Houssami telah memasang beberapa iklan di kanal media sosial yang meminta lebih banyak orang untuk bergabung dengan pabrik mobil barunya.
 
   


Kepada Xinhua, dia mengatakan ada potensi permintaan yang sangat tinggi untuk mobil energi baru dari negara-negara seperti Irak, Suriah, Libya, dan Lebanon.

"Saat ini, krisis bahan bakar sedang melanda dunia. Jadi, ketika saya memproduksi sebuah mobil berkualitas tinggi, saya mengharapkan ada permintaan yang tinggi dari negara-negara lain juga," ujarnya.


 
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022