Jakarta (ANTARA) - Krisis global dalam pasokan semikonduktor dapat merugikan Stellantis hingga 220.000 kendaraan tahun ini dalam hal kehilangan produksi di Italia, kata serikat pekerja FIM CISL.

Dikutip Reuters pada Selasa, serikat pekerja menambahkan bahwa ini akan menandai tahun kelima berturut-turut penurunan produksi di negara tersebut.

FIM CISL mengatakan dalam laporan berkalanya tentang produksi grup di Italia bahwa Stellantis memproduksi 351.890 kendaraan pada semester pertama tahun ini, hampir 14 persen lebih rendah dari pada periode yang sama tahun lalu, dengan pabrik utama Melfi dan fasilitas pembuatan van Sevel menjadi pabrik yang paling terpengaruh.

Baca juga: Toyota akan hentikan lebih banyak produksi di Jepang pada Juni & Juli

Menggunakan data untuk paruh pertama tahun ini dan potensi produksi setahun penuh berdasarkan pesanan yang dipesan, serikat pekerja memperkirakan Stellantis bisa kehilangan antara 200.000-220.000 kendaraan pada tahun 2022, kata kepala serikat pekerja FIM CISL Ferdinando Uliano.

"Seolah-olah salah satu pabrik besar grup berhenti selama setahun," katanya seraya menambahkan situasi pasokan chip tahun ini tidak membaik dan juga akan mempengaruhi produksi pada 2023.

Uliano mengatakan sejumlah faktor, termasuk perang di Ukraina dan gangguan pasokan gas Rusia ke Eropa hanya akan memperburuk situasi pasokan suku cadang untuk industri otomotif.

Seorang juru bicara Stellantis menolak mengomentari data dan perkiraan yang diberikan oleh FIM CISL, tetapi mengulangi bahwa pembuat mobil telah mengambil keputusan mengenai manajemen operasinya dari hari ke hari, pabrik demi pabrik sejak awal pandemi COVID-19.

Baca juga: CEO Mercedes prediksi krisis chip akan berlanjut hingga 2023

Baca juga: Lokalisasi komponen jadi strategi Suzuki hadapi isu semikonduktor

Baca juga: Tesla naikkan harga mobil
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022