Jakarta (ANTARA News) - President and CEO Mercedes-Benz Indonesia, Rudi Borgenheimer, menilai mobil ramah lingkungan yang menggunakan bahan bakar nabati (BBN) paling cocok digunakan di Indonesia saat ini.

"Mobil yang menggunakan listrik belum bisa di Jakarta karena akan mahal biayanya. Jadi (mobil yang menggunakan) BBN akan lebih baik untuk Indonesia saat ini," kata Rudi menjawab pertanyaan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun dalam Mercedes-Benz Symposium Automotive di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, Jakarta, Selasa.

Ia memprediksi mobil-mobil ramah lingkungan seperti mobil listrik atau full cell, termasuk bus listrik, baru akan banyak digunakan di Indonesia pada 2020.

"Mungkin di tahun 2020 mobil-mobil listrik termasuk bus listrik tidak akan menjadi mahal lagi di Indonesia. Karena fasilitas dan infrastruktur sudah menunjang dan listrik pun sudah lebih murah," ujar dia.

Insentif atau pun dukungan apa yang dibutuhkan untuk dapat mengembangkan penggunaan mobil-mobil ramah lingkungan, seperti yang menggunakan full cell, menurut dia, harus diberikan pemerintah.

"Saya memiliki pandangan positif terhadap perkembangan demokrasi negara ini. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negeri ini juga baik, bahkan dibandingkana China dan India. Inflasi juga terjaga. Tapi infrastruktur dan fasilitas teknologi pendukung belum ada," ujar Rudi.

Kesadaran masyarakat Indonesia tentang penggunaan mobil ramah sudah mulai baik dan akan semakin baik dengan sosialisasi melalui acara seperti IIMS yang sedang digelar saat ini.

"Awarness ini akan semakin baik dan keinginan masyarakat Indonesia terhadap kendaraan ramah lingkungan akan semakin positif," ujar Rudi.

Menurut dia, permintaan untuk "smart fortwo electric" untuk tahun 2012 saja sudah ada 20 unit. Ini menggambarkan bahwa masyarakat sudah semakin sadar soal teknologi ramah lingkungan ini.

Terkait dengan produksi kendaraan yang efisien sehingga menekan harga jual produk, Senior Advisor Gaikindo, Noegardjito, mengatakan produk kendaraan ramah lingkungan yang terjangkau sebenarnya dikembangkan.

Menurut dia, kendaraan komersial contoh bus Hino harga bisa lebih murah 15 hingga 20 persen tapi itu harga di dalam pabrik. Namun ketika bus keluar dari pabrik harga akan jadi lebih mahal karena pajak.

"Jadi di pabrik sudah efisien tapi begitu di luar pabrik belum," ujar dia.
(V002/A027)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011