Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengharapkan perbankan segera menyesuaikan suku bunga pinjamannya setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI rate) 0,50 basis poin menjadi 8,75, Rabu (7/1).

"Buat otomotif penuranan BI Rate kedua kalinya dalam waktu tidak terlalu jauh merupakan tren menguntungkan. Namun hal tersebut belum langsung berdampak pada penjualan otomotif karena semua tergantung kesedian perbankan menurunkan suku bunga pinjaman," kata Ketua Umum Gaikindo, Bambang Trisulo, di Jakarta, Kamis.

Ia mengharapkan, di tengah kehati-hatian akan ancaman kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) pihak perbankan lebih berani mengucurkan likuiditas sehingga daya beli masyarakat tetap ada, mengingat penjualan otomotif di Indonesia saat ini 80 hingga 90 persen dengan cara kredit.

"Sekarang ini situasinya perbankan saling tunggu, siapa nih duluan yang menurunkan bunga pinjaman. Yang besar pasti lebih kuat dong, seharusnya bank negari mulai duluan lah," ujar Bambang.

Kehati-hatian perbankan ditengah kondisi krisis finansial saat ini, menurut dia, cenderung membuat bank memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari pada mengucurkannya pada masyarakat.

Hal itu lah yang menjadi kekhawatiran pihak produsen otomotif, kata Bambang. Karena itu, ia mengatakan, penurunan BI Rate bukan sasaran akhir dari dunia otomotif tetapi penurunan suku bunga terutama di perbankan.

Sebelumnya, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT), Budi Dharmadi mengatakan, pemerintah mencoba mencarikan solusi agar kemampuan beli masyarakat terhadap produk otomotif dapat terjaga. Salah satunya dengan meminta para stakeholder otomotif saling berbagi menanggung marjin beban bunga yang terlalu tinggi untuk konsumen.

"Kita sarankan para stakeholder di bidang otomotif ini saling bermusyawarah lah, bagaimana caranya agar beban bunga tinggi itu tidak sepenuhnya dibebankan ke konsumen," kata Budi.

Ia mengatakan penanggungan beban marjin kenaikan bunga pinjaman tersebut merupakan cara yang tepat sejauh ini untuk menjaga daya beli konsumen. Masing-masing produsen, leasing, dealer, dan konsumen secara rata berbagi beban bunga pinjaman dari perbankan.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009