Seoul (ANTARA News) - Produsen mobil Korea Selatan, Hyundai, akan menghadapi tantangan penjualan yang dipicu oleh melemahnya mata uang yen yang menyebabkan naiknya ekspor produk otomotif asal Jepang pada tahun depan.

Melemahnya mata uang yen akan meningkatkan persaingan di pasar utama, seperti China dan Amerika Serikat, kendati permintaan secara keseluruhan diperkirakan akan menyusut pada 2018, menurut para pakar.

Toyota Motor pada November menaikkan perkiraan laba operasi setahun penuh, sebagai ekspektasi dari melemahnya nilai tukar yen, yang membuat barang-barang ekspor dari Jepang menjadi lebih murah serta mendongkrak nilai keuntungan dari luar negeri.

"Nilai tukar mata uang diperkirakan akan memburuk tahun depan," kata Lee Bo-sung dari Global Business Intelligence Centre, dalam sebuah konferensi pers dilansir Reuters, Minggu.

"Pelemahan yen diperkirakan akan menjadi tantangan terbesar bagi produsen mobil Korea Selatan tahun depan, karena mereka bersaing dengan Jepang," kata Lee.

Dia mengatakan, selisih harga antara mobil Korea dan Jepang semakin ketat karena penurunan yen.

Pelemahan yen dan keuntungan yang lebih tinggi juga memungkinkan produsen mobil Jepang meningkatkan investasi dan meraih pangsa pasar di China dan pasar negara berkembang lainnya, yang menjadi andalan Hyundai, katanya.

Laba bersih Hyundai Motor turun hampir sepertiga dalam tahun ini, dan kemungkinan target penjualan tahunan mereka akan meleset dengan marjin yang besar. Hal itu juga dipicu pergeseran minat konsumen ke segmen sport (SUV) dan perselisihan diplomatik dengan Beijing.

Hyundai Motor mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya pada tahun depan akan meluncurkan tiga SUV di Amerika Serikat antara lain Santa Fe, Kona, dan Tucson, guna mengambil momentum penjualan. Sedangkan di China, Hyundai dan Kia akan merilis tiga SUV kecil yang untuk tahun depan.

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017