Jakarta (ANTARA) - China kemungkinan akan membalas langkah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk memberlakukan tarif baru terhadap kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dari China, menurut prediksi analis Wedbush, Dan Ives.
Business Insider, Sabtu (11/5) melaporkan, Gedung Putih akan meningkatkan tarif pada mobil listrik China dari sekitar 25 persen menjadi sekitar 100 persen, di samping bea masuk tambahan 2,5 persen untuk semua mobil yang diimpor ke AS.
Tarif tersebut juga akan berdampak pada sektor-sektor lain, termasuk barang-barang tenaga surya dan mineral.
Baca juga: Anggota parlemen AS desak Biden blokir permanen EV China di Amerika
Baca juga: Baik buruk aturan Biden batasi pengaruh China di industri EV AS
“Pembalasan pasti bisa terjadi. 'Game of Thrones' ini terus berlanjut,” kata Ives, mencatat bahwa persaingan tambahan dari mobil listrik murah yang menghantam pasar AS akan sulit untuk dihadapi oleh Tesla.
Produsen mobil listrik utama China, BYD, telah menghindari pasar AS karena hambatan perdagangan, tetapi ambisinya untuk menjual mobilnya di AS terus meningkat.
“Ketika Anda melihat BYD, ketika Anda melihat Nio dan yang lainnya yang datang ke AS, ini adalah masalah persaingan yang besar,” katanya.
Ives juga menekankan bahwa bukan hanya Tesla yang berada dalam bidikan persaingan baru. Produsen mobil lawas juga akan terpukul mengingat taruhan besar mereka pada EV, sehingga tarif akan melindungi perusahaan mobil Detroit dan juga Tesla.
Sementara itu, South China Morning Post melaporkan, kenaikan tarif ini akan mengikuti upaya serupa yang telah dilakukan Biden di tengah meningkatnya kekhawatiran dari para pembuat kebijakan, legislator, dan serikat pekerja di seluruh AS tentang seberapa besar kerusakan pasar yang dapat ditimbulkan oleh impor China.
Bulan lalu, Biden meminta Perwakilan Dagang AS Katherine Tai untuk melipatgandakan tarif yang berlaku untuk baja dan aluminium Tiongkok, tepat pada saat kantor Tai mengumumkan peluncuran investigasi Bagian 301 yang terpisah terhadap sektor maritim, logistik, dan galangan kapal Tiongkok.
Adapun kebijakan tarif tersebut, yang diperkirakan akan diumumkan pada Selasa mendatang, muncul ketika para pejabat di seluruh pemerintahan Partai Demokrat telah menyatakan kekecewaannya atas “kelebihan kapasitas” produksi mobil listrik dan produk lain di China yang menurut mereka mengancam pekerjaan dan keamanan nasional AS.
Keputusan tersebut merupakan puncak dari peninjauan kembali tarif Pasal 301 yang pertama kali diberlakukan di bawah mantan presiden AS Donald Trump mulai tahun 2018. Pungutan China lainnya yang sudah ada saat ini diperkirakan akan tetap dipertahankan.
Meskipun keputusan bisa saja tertunda, hal ini tetap merupakan salah satu langkah terbesar Biden dalam perlombaan ekonomi dengan China, lapor Taipei Times, Minggu.
Baca juga: China kritik ketentuan subsidi EV Amerika Serikat
Baca juga: Hyundai perluas "recall" Kona Electric di Amerika, Eropa, dan China
Baca juga: Pasar Inggris terbuka untuk merek-merek EV China
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024