Presiden Direktur MASA, Pieter Tanuri, di Jakarta Senin mengatakan bahwa pinjaman itu akan digunakan untuk membayar utang sindikasi sebesar 110 juta dolar AS yang jatuh tempo pada 2016 dan 2017 mendatang. Sisanya digunakan untuk modal kerja dan peningkatan kapasitas produksi.
"Diharapkan dengan adanya pinjaman baru itu perusahaan dapat menghasilkan dana lebih banyak untuk dinvestasikan kembali agar dapat terus berkembang dan berinovasi dalam industri ban dalam negeri dan internasional sebagai pemangunan merek global," kata dia.
Ia menilai meski situasi ekonomi sedang tidak kondusif, tetap ada peluang-peluang ekspansi untuk mendorong kinerja.
"Kita memahami situasi ekonomi Indonesia sedang bergejolak. Namun kondisi saat ini menjadi peluang untuk kita ekspansi lebih besar. Lagipula ada partner baru yang minat bergabung," ujar dia.
Pieter mengaku dengan adanya pinjaman itu perseroan dapat meningkatkan kapasitas produksi menyusul pengadaan proyek mobil berkonsep murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) dari beberapa Agen Tunggal Pemegang Merk dan Agen Pemegang Merk di dalam negeri.
Menurut dia, potensi kebutuhan ban untuk LCGC kedepan akan lebih besar. Saat ini, kontribusi LCGC terhadap penjualan ban perseroan sebesar lima persen dari total produksi.
"Kontribusi LCGC bagi perseroan dapat meningkat menjadi 20 persen," kata dia.
Tercatat, penjualan ban Multistrada pada semester I sebesar 3,7 juta unit atau meningkat enam persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sementara penjualan ban motor mencapai dua juta unit atau tumbuh 21 persen.
"Peningkatan volume penjualan itu terutama terjadi di pasar domestik," ucap Pieter.
Saat ini kapasitas produksi tahunan perseroan mencapai 10 juta ban mobil, dengan sekitar 70 persen di ekspor ke lebih 83 negara tujuan. Sementara untuk ban sepeda motor, kapasitas produksi mencapai enam juta unit. Brand produk perseroan mencakup Archiles, Corsa, dan Strada.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013