Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan kehadiran kendaraan listrik berbasis baterai menjadi salah satu solusi untuk mengurangi impor bensin yang saat ini telah mencapai 40 hingga 50 persen.

“Kebijakan untuk energi nasional yaitu mengurangi impor bensin yang sekarang itu sudah 40-50 persen, itu salah satunya dengan kendaraan listrik, khususnya motor listrik,” kata Djoko di Kawasan Industri Branta Mulia, Citeureup, Bogor, Kamis.

Kendaraan listrik, lanjutnya, juga dapat membantu untuk menekan dan menghemat subsidi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Akhir-akhir, kata Djoko, pemerintah tengah kesulitan terkait subsidi energi yang dinaikkan menjadi Rp502 triliun.

Baca juga: Segway luncurkan empat skuter listrik pintar di GIIAS 2022

Djoko mengatakan kendaraan listrik menjadi solusi atas permasalahan harga bensin di pasaran yang membebani keuangan negara serta menjadi kesulitan bagi Pertamina yang mengimpor bensin dan menjualnya dengan harga yang lebih murah.

“Kendaraan listrik bisa menghemat subsidi sekitar 0,6 triliun per tahun. Tapi kita tahu bahwa sekarang BBM itu naik harganya di internasional, angkanya bisa mencapai subsidinya itu Rp500 triliun, ini (data) dibuat pada tahun 2020 sebelum harga BBM naik,” katanya.

Menurut Djoko, pemerintah sebetulnya memiliki target untuk tidak impor bensin lagi pada tahun 2027, namun kemungkinan target tersebut mundur hingga 2030 karena hambatan pandemi.

“Kalau kita lihat angkanya sudah 21 ribu kendaraan (listrik) dan kita punya target 100 ribu (kendaraan listrik) di tahun ini. Tentunya itu (kehadiran kendaraan listrik) akan mengurangi nanti di 2025-2030 sekitar 300 ribu barrel oil per day. 300 ribu barrel bensin akan berkurang, otomatis kan subsidinya akan berkurang,” kata Djoko.

Sementara itu apabila dilihat dari sisi masyarakat, ia mengatakan masyarakat dapat melakukan penghematan biaya bahan bakar sekitar Rp100 ribu per bulan untuk motor listrik dan Rp320 ribu per bulan untuk mobil listrik.

“Kalau masyarakat tahu ini (penghematan biaya), mungkin akan segera berpindah (ke kendaraan listrik),” imbuhnya.

Djoko menyebutkan pemerintah menargetkan produksi motor listrik sebanyak 2,1 juta unit pada 2025 serta kendaraan listrik (motor dan mobil) sebanyak 15 juta pada 2030. Mengingat hal tersebut, ia juga mengingatkan agar pihak terkait dapat mempercepat dan memperbanyak produksi motor listrik Indonesia.

Baca juga: United E-Motor targetkan produksi hingga 500 ribu unit setiap tahun

Baca juga: United klaim E-Motor sudah penuhi TKDN 40 persen

Baca juga: Kota Deltamas pakai motor listrik untuk aktivitas operasional
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022