Jakarta (ANTARA) - Penjualan Mercedes-Benz turun tajam pada kuartal kedua tahun ini karena masalah pasokan dan pembatasan wilayah terkait COVID-19 di China.

Disiarkan Reuters pada Senin (11/7), produsen mobil Jerman itu mengirimkan 490 ribu mobil penumpang pada periode April hingga Juni, turun 16 persen dari periode yang sama tahun lalu. Untuk paruh pertama 2022, divisi Cars mengalami penurunan penjualan sebesar 16 persen dengan total 998 ribu pengiriman.

Baca juga: Mercedes bantah laporan soal penjualan bisnis van

Kemerosotan penjualan paling parah pada kuartal kedua terjadi di China yang merupakan pasar terpenting bagi Mercedes. Di negara tirai bambu itu, penjualan turun 25 persen menjadi 163.700 unit kendaraan.

Penjualan di kawasan Asia pada kuartal kedua turun 20 persen, sementara penjualan di Eropa turun 10 persen dan Amerika turun 3 persen.

Kendati demikian, seorang juru bicara perusahaan mengatakan Mercedes-Benz tetap memprediksi bahwa penjualan tahun 2022 akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun lalu.

"Meskipun ada kekhawatiran tentang kenaikan inflasi, permintaan pelanggan tetap tinggi," kata direktur penjualan Britta Seeger.

Model mewah khususnya, seperti Maybach dan mobil listrik dalam seri EQ, dikatakan Seeger merupakan model yang sangat populer. Sementara itu, bisnis Mercedes-Benz Vans yang lebih kecil tetap di bawah capaian tahun lalu dengan penjualan 100 ribu unit di seluruh dunia pada kuartal kedua tahun ini.


Baca juga: Kelangkaan "chip" di industri otomotif bisa sampai 2023

Baca juga: Mercedes-Benz bukukan rekor laba pada 2021

Baca juga: Hambatan corona tekan penjualan Mercedes-Benz turun hampir 15 persen
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022