Jakarta (ANTARA) - Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing menyuarakan penentangan keras terhadap rencana pelarangan penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran internal (ICE/internal combustion engine) di seluruh Uni Eropa pada 2035.

"Kami tidak setuju dengan keputusan itu," kata Wissing kepada wartawan di Berlin, dikutip dari Associated Press, Minggu.

Baca juga: Anggota parlemen Uni Eropa kembali larang mobil berbahan bakar fosil

Wissing mengatakan alasannya adalah larangan tersebut akan "mendiskriminasi kendaraan berbahan bakar sintetis".

"Kami ingin membentuk transformasi dengan cara yang terbuka secara teknologi. Ini termasuk mendaftarkan mobil baru di luar tahun 2035 jika mereka ditenagai secara eksklusif dengan bahan bakar sintetis dengan cara yang netral terhadap iklim," jelas dia.

Anggota parlemen Uni Eropa pada hari Rabu (9/6/2022) memilih untuk mendukung langkah yang mengharuskan pembuat mobil untuk memotong emisi karbon dioksida hingga 100 persen pada pertengahan dekade berikutnya, secara efektif melarang penjualan mobil baru yang didukung oleh bensin atau diesel di Uni Eropa.

Baca juga: Penjualan mobil di Eropa catatkan rekor terendah di 2021

Rencana tersebut, yang masih perlu disetujui oleh negara-negara anggota Uni Eropa, akan secara signifikan meningkatkan kendaraan listrik karena anggota parlemen menolak untuk mengecualikan mobil bertenaga bahan bakar sintetis dari larangan tersebut.

Hal tersebut dirasa akan merugikan pembuat mobil Jerman, yang telah berfokus pada kendaraan yang kuat dan mahal dengan mesin pembakaran, sementara tertinggal dari saingan asing dalam hal mobil listrik.

Sintetis, atau bahan bakar elektronik, dimurnikan dari pabrik atau diproduksi menggunakan proses kimia dasar dan listrik. Jika listrik dihasilkan dengan sumber terbarukan, seperti angin atau matahari, maka bahan bakar tersebut dianggap 'netral iklim' karena membakarnya hanya melepaskan karbon ke atmosfer sebanyak yang telah dihilangkan sebelumnya.

Namun, para kritikus berpendapat bahwa pasokan bahan bakar elektronik yang terbatas harus disediakan untuk moda transportasi di mana elektrifikasi saat ini tidak memungkinkan, seperti pesawat terbang.

Para ahli di Institute of Energy and Climate Research di Juelich, Jerman, telah menghitung bahwa mobil berukuran sedang yang menggunakan bahan bakar sintetis akan menggunakan energi tujuh kali lebih banyak daripada kendaraan listrik yang sebanding.

Wissing berada di bawah tekanan dari Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) yang mengkritik suara Parlemen Uni Eropa sebagai "keputusan menentang inovasi dan teknologi." Tidak jelas apakah posisinya dimiliki oleh pemerintah Jerman lainnya.

Para pemerhati lingkungan mendukung pemungutan suara Uni Eropa sebagai cara untuk memetakan Eropa menuju masa depan yang lebih hijau.

Mobil menyumbang sekitar 12 persen dari emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan di Uni Eropa. Blok tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi dari semua sumber menjadi nol bersih pada tahun 2050, dan para ahli mengatakan transportasi jalan adalah salah satu sektor yang perlu mencapai tujuan itu lebih awal.



Baca juga: Toyota targetkan mobil baru di Eropa nol-emisi pada 2035

Baca juga: Hyundai perluas "recall" Kona Electric di Amerika, Eropa, dan China

Baca juga: Tesla hingga GS Yuasa, belasan pabrik berlomba produksi baterai EV di Eropa
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022